Karantina Jawa Timur Musnahkan 4,4 Ton Benih Jagung Manis Terinfeksi Bakteri Berbahaya

Pemusnahan Benih Jagung Asal Thailand di Balai Karantina Tandes Surabaya-Balai Karantina-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Badan Karantina Indonesia (Barantin) memusahkan 4,4 ton benih jagung asal Thailand.
Pemusnahan dilakukan oleh Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Karantina) Jawa Timur, Jumat, 11 Juli 2025.
Pemusnahan dilakukan lantaran benih tersebut terinfeksi bakteri pantoea stewartii subsp. stewartii, sebuah virus yang menyebabkan penyakit layu stewart pada tanaman jagung.
Pemusnahan berton-ton benih itu dilakukan dengan cara dibakar dan ditimbun di Instalasi Karantina Jawa Timur, Tandes, Surabaya.
Tindakan karantina tersebut sebagai wujud komitmen Karantina Jawa Timur garda terdepan untuk menjaga kelestarian dan keamanan hayati. Sesuai amanat UU Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.
BACA JUGA:Polisi Gagalkan Penyelundupan 125 Ribu Benih Lobster di Jambi
BACA JUGA:Penyelundupan 48.000 Benih Lobster Digagalkan
Salah satu aturannya, adalah untuk mencegah masuk dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dari luar negeri. Yang masuk dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kepala Karantina Jawa Timur Hari Yuwono Ady menjelaskan bahwa tugas pokok dan fungsi Karantina yaitu mencegah masuk, keluar, dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina (HPHK). "Dan bakteri Pantoea stewartii subsp. stewartii sangat berbahaya," katanya.
Bakteri itu dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar pada jagung. Menyebabkan kematian seratus persen pada tanaman inangnya jika infeksi terjadi pada awal pertumbuhan tanaman.
Sebagai informasi, pemasukan benih jagung manis asal Thailand melalui Bandara Juanda. Dan proses tindakan karantina pemeriksaan kesehatan, komoditas tersebut merupakan kategori risiko tinggi sehingga perlu pemeriksaan di laboratorium.
Hasilnya, dinyatakan positif terinfeksi bakteri Pantoea stewartii subsp. stewartii. Bakteri tersebut merupakan OPTK kategori A2 yang sudah ada di Indonesia, tetapi penyebarannya masih terbatas. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: