Baby Blues: Ketika Bahagia Melahirkan Justru Diiringi Air Mata

Baby Blues: Ketika Bahagia Melahirkan Justru Diiringi Air Mata

Gejala umum baby blues yang muncul meliputi mood swing, menangis tanpa alasan jelas, mudah tersinggung, kelelahan ekstrem, sulit tidur meski bayi sedang tidur, dan perasaan cemas berlebihan. -iStockphoto-

HARIAN DISWAY - Melahirkan sering digambarkan sebagai momen paling membahagiakan dalam hidup seorang perempuan. Namun di balik foto bayi yang menggemaskan dan ucapan selamat yang datang bertubi-tubi.

Ada sisi lain yang jarang terlihat: air mata tanpa sebab, kecemasan berlebihan, dan perasaan hampa. Kondisi ini dikenal sebagai baby blues, dan dialami oleh jutaan ibu di seluruh dunia.

Baby blues bukan hal baru. Bahkan, sekitar 70–80 persen ibu yang baru melahirkan mengalaminya, menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG).

BACA JUGA: 5 Manfaat Susu Kedelai untuk Ibu Hamil

Gejalanya muncul beberapa hari setelah persalinan, biasanya antara hari ke-3 hingga ke-10, dan bisa berlangsung selama dua minggu. Meski tidak tergolong gangguan mental berat, baby blues bisa sangat mengganggu hari-hari awal seorang ibu bersama bayinya.

Gejala umum yang muncul meliputi mood swing, menangis tanpa alasan jelas, mudah tersinggung, kelelahan ekstrem, sulit tidur meski bayi sedang tidur, dan perasaan cemas berlebihan.

Yang membuat kondisi ini membingungkan adalah kenyataan bahwa ibu juga merasa bahagia atas kelahiran bayinya, namun di saat bersamaan merasakan sedih yang tidak bisa dijelaskan.

BACA JUGA: 7 Tip Aman Melakukan Puasa Ramadan untuk Ibu Hamil

Secara ilmiah, baby blues terjadi akibat perubahan hormon yang sangat drastis setelah persalinan. Setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh perempuan menurun tajam, dan ini memengaruhi keseimbangan kimia di otak, termasuk neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin yang berperan dalam pengaturan emosi.

Dalam jurnal Psychiatric Clinics of North America (2019), dijelaskan bahwa perubahan ini memang dapat menimbulkan gejala depresi ringan pada ibu pascapersalinan.

Selain faktor hormonal, ada pula tekanan psikologis dan sosial yang memperkuat munculnya baby blues. Proses persalinan itu sendiri menguras fisik dan emosi, ditambah lagi dengan tuntutan menyusui, kurang tidur, perubahan peran sebagai ibu, serta ekspektasi dari lingkungan sekitar.

BACA JUGA: 5 Manfaat Sirsak untuk Ibu Hamil

Banyak perempuan juga merasa terisolasi, kurang didukung, atau malah ditekan agar terlihat “kuat” dan “bahagia” terus-menerus. Sayangnya, tidak semua orang di sekitar ibu memahami apa yang sedang terjadi. Banyak yang menganggap ibu “baper”, “manja”, atau terlalu sensitif.

Padahal, baby blues bukan bentuk kelemahan, melainkan reaksi alami tubuh dan jiwa terhadap perubahan besar. Meminimalkan perasaan ibu atau menyuruhnya “jangan lebay” justru bisa memperburuk kondisinya.
Pasca melahirkan, kondisi baby blues hingga perubahan mood bisa terjadi pada ibu hamil. -Penting dukung kesehatan mental ibu hamil-Freepik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: