Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (11): Pelabuhan Supersibuk yang Sepi Manusia

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (11): Pelabuhan Supersibuk yang Sepi Manusia

TRUK ROBOT ini dilengkapi teknologi sensor dan navigasi dari Baidu. Ia bisa bergerak dengan sangat presisi di areal terminal kontainer.-Doan Widhiandono-

Tianjin memang cocok menjadi salah satu etalase kemajuan Tiongkok. Dan etalase itulah yang disuguhkan kepada para jurnalis yang sedang meliput KTT Shanghai Cooperation Organization, 31 Agustus-1 September 2025. Salah satu yang menjadi tetenger canggihnya negeri itu adalah Tianjin Port.

SEPI. Atau, lebih tepatnya, senyap.

Kesan itu muncul saat bus para jurnalis—termasuk peserta China International Press Communication Center, (CIPCC) memasuki areal terminal peti kemas Tianjin Port, Sabtu, 30 Agustus 2025.

Tentu, tidak seperti pelabuhan di sini, misalnya. Yang penuh lalu lalang orang. Penuh deru truk-truk bongsor. Atau—di pelabuhan tradisional—penuh seruan kuli angkut.

BACA JUGA:Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (1): Tantangan Jadi Pencerita yang Jujur

BACA JUGA:Dari Peluncuran Buku Kisah-Kisah Menyentuh Shanghai Cooperation Organization (1): Tantangan Jadi Pencerita yang Jujur

Yang kami rasakan, terminal peti kemas Tianjin Port memang sunyi. Yang terdengar cuma gesekan suara roda dan aspal. Sesekali juga derit kontainer yang berguncang halus di punggung ’’truk buntung.’’

Ya, truk buntung. Seperti truk pengangkut kontainer di Indonesia. Tapi tanpa kepala. Buntutnya saja. Gandengannya saja. Artinya: tanpa sopir.

Truk-truk itulah salah satu yang dipamerkan kepada para wartawan hari itu. Namanya: ART. Artificial Intelligence Robots of Transportation.

Puluhan ART itu bergerak mulus. Lurus, berbelok, bermanuver. Sendirian. Sudah masuk level autonomous 4. Enggak perlu manusia lagi.


KESIBUKAN PELABUHAN TIANJIN yang tetap senyap karena tidak ada campur tangan manusia dalam proses bongkar muat kontainer.-Doan Widhiandono-

Lalu apa yang memandu pergerakannya? Apakah sensor garis seperti yang biasa kita saksikan di kontes robotika?

Enggak lagi. Mereka bisa lalu lalang sendiri berkat kombinasi kamera mono dan stereo, radar, pemindai laser, hingga navigasi satelit BeiDou yang disokong jaringan 5G.

Bila dulu kendaraan otomatis hanya bisa berjalan dengan penanda magnet di jalur terbatas, ART generasi baru dapat menjelajah menggunakan peta digital berpresisi tinggi. Ia mampu mengambil keputusan mandiri di area kerja yang kompleks. Harus diakui, itulah lompatan besar teknologi. Bukan kendaraan tanpa sopir biasa, tapi robot logistik yang benar-benar cerdas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: