Demonstrasi dan Anarkisme, Mengapa Terjadi?

ILUSTRASI Demonstrasi dan Anarkisme, Mengapa Terjadi?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
DEMONSTRASI secara substansi dan legal adalah bagian demokrasi politik yang telah lama disepakati. DEMONSTRASI, sebagai alat perjuangan rakyat untuk memperbaiki kinerja penguasa dan kebijakan publik, jelas mulia.
Demonstrasi murni Agustus 2025 karena kesenjangan sosial yang lebar, komunikasi politik yang buruk eksekutif dan legislatif, pengangguran yang meningkat, dan perilaku korup pejabat, patut diapresiasi karena faktanya memang demikian.
Sayangnya, demonstrasi murni dan mulia itu berujung ricuh, rusuh, dan anarkis. Ada juga penjarahan terhadap rumah pejabat yang dianggap tidak sensitif. Banyak fasilitas publik yang dirusak dan dibakar secara membabi buta.
BACA JUGA:Demonstrasi: Bahasa Politik yang Gagal Dipahami
BACA JUGA:Isu Rp 349 Triliun, Demonstrasi Jungkir Balik
Kemarahan yang tidak biasa dan kehilangan akal sehat. Terbakarnya Gedung Negara Grahadi Surabaya, gedung DPRD beberapa daerah, dan fasilitas publik lainya jelas anarkis dan jauh dari nilai-nilai demokrasi Pancasila.
Bahkan, gedung DPRD Makassar luluh lantak disertai hilangnya nyawa empat ASN yang tidak berdosa.
Jauh sebelum demokrasi modern dipraktikkan, filsuf Plato sudah mengingatkan bahwa demokrasi bisa melahirkan anarkisme, apalagi jika masyarakatnya belum cukup “terpelajar” dan kesenjangan ekonomi masih lebar.
BACA JUGA:LBH Surabaya Sebut Aparat Banyak Salah Tangkap saat Demonstrasi
BACA JUGA:Polda Jatim Taksir Kerugian Demonstrasi Capai Rp124 Miliar
MENGAPA DEMO JADI ANARKIS?
Tidak bisa dimungkiri, memang ada kemarahan publik terhadap kenaikan tunjangan DPR, pernyataan pejabat publik yang menyakiti hati rakyat, maupun perilaku korup yang melukai hati rakyat di tengah penatnya dan sulitnya mencari kerja maupun impitan ekonomi lainya.
Gaya hidup, ucapan pejabat yang tidak sensitif, dan kenaikan tunjangan pejabat yang tidak wajar tentu saja menimbulkan kecemburuan sosial. Publik jadi muak dan marah. Namun, marahnya para mahasiswa dan demonstran pasti masih terkendali dan tidak kehilangan akal sehat.
Marah boleh, tetapi anarkis berlawanan dengan hukum dan merugikan diri sendiri maupun masyarakat. Di sanalah hadirnya penumpang gelap yang memprovokasi dan menunggangi demo murni patut dicermati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: