Motif Pembunuhan-Mutilasi di Lidah Wetan, Surabaya: Diawali Tiga Perkara

ILUSTRASI Motif Pembunuhan-Mutilasi di Lidah Wetan, Surabaya: Diawali Tiga Perkara.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Karney membuka kalimatnya begini: ”Cinta... Kita semua menginginkannya. Tetapi, mempertahankan cinta bisa jadi sulit di dunia kita yang serbasibuk sekarang. Terutama dengan berbagai tekanan hidup yang berada di luar kendali kita.”
Bagaimana pria-wanita menemukan cinta dan menjaga gairah itu tetap menyala selama bertahun-tahun? Itulah keahlian Karney. Ia di situ diwawancarai Kaitlin Luna dari APA.
Intinya, saat pria-wanita menjalin asmara bertahun-tahun (menikah), di situlah muncul konflik. Sumber konflik, salah satu menuntut sesuatu kepada pasangannya. Dan, orang yang dituntut tidak mampu memenuhi tuntutan. Akibatnya, ia menghindar atau menarik diri.
Menarik diri tidak berarti berpisah, tetapi menutup diri atau bertahan. Itulah konflik.
Karney: ”Artinya, orang yang menginginkan perubahan harus makin lantang. Orang yang menarik diri harus makin memburuk, dan banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pola itu memiliki implikasi negatif bagi pernikahan.”
Sampai di sini, jika kedua pihak tidak mampu mengatasi konflik, segala hal buruk bisa terjadi, termasuk tindakan kriminal.
Di kasus mutilasi Lidah Wetan, ada tuntutan korban terhadap pelaku. Terkait penghasilan yang diperoleh pelaku. Dituntut korban, penghasilan pelaku harus ditingkatkan untuk bisa membeli barang branded. Sebaliknya, pelaku tidak bisa serta-merta meningkatkan penghasilan. Terjadilah konflik.
Di situ awal masalah. Kemudian, apa pun bisa terjadi. Berakhir pembunuhan-mutilasi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: