Sopir Mobil Bank Penggondol Tas Isi Rp10 Miliar: Kesempatan Picu Kejahatan

Sopir Mobil Bank Penggondol Tas Isi Rp10 Miliar: Kesempatan Picu Kejahatan

ILUSTRASI Sopir Mobil Bank Penggondol Tas Isi Rp10 Miliar: Kesempatan Picu Kejahatan-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Jumat malam, 5 September 2025, Anggun mengundang para tetangga di situ untuk acara selamatan menghuni rumah baru. Ada delapan tetangga yang hadir di situ. Anggun mengenalkan diri bernama Dwi. Sementara itu, Dwi Sulistyo ada di dekatnya.

Anggun kepada para tetangga mengatakan, ia pengusaha rental mobil. Ia akan mendatangkan banyak mobil di situ untuk disewakan. ”Di sebelah rumah ini ada tanah kosong, akan jadi parkiran mobil,” kata Anggun, seperti ditirukan Sarwanto.

Setelah acara itu, Anggun tak pernah keluar rumah. Ia mendekam di dalam rumah, sampai ia digerebek polisi.

Wakapolresta Surakarta AKBP Sigit dalam konferensi pers di Mapolres Surakarta, Selasa, 9 September 2025, mengatakan, uang hasil kejahatan tersebut digunakan tersangka membeli berbagai aset. ”Dari Rp10 miliar, tersisa Rp9,6 miliar. Itu terjadi karena adanya kesempatan.”

Persis isi buku The Lucifer Effect: Understanding How Good People Turn Evil (2007) karya Prof Philip Zimbardo. Bahwa kejahatan terjadi, antara lain, karena ada kesempatan.

Dikutip dari Very Well Mind, 30 April 2024, berjudul The Stanford Prison Experiment karya Kendra Cherry, buku itu bersumber dari hasil riset penulis Zimbardo tentang penjara di Stanford, California, Amerika Serikat (AS), pada 1971. 

Zimbardo saat itu guru besar psikologi Stanford University. Ia memimpin tim riset di kampusnya. Riset tentang psikologi manusia bereaksi terhadap situasi dan kondisi (sikon) di sekitarnya. Mencari tahu reaksi psikologis orang terhadap sikon di sekitarnya. 

Riset dilakukan Agustus 1971 di kampus Stanford Univesity. Di salah satu ruang bawah tanah kampus, dibangun bentuk penjara mini. Situasi dekorasi mirip sebuah penjara.

Kemudian, dicari 24 responden untuk mengikuti riset itu. Diumumkan di kampus, responden akan menjalani riset selama dua pekan. Dibayar USD15 per hari. Untuk saat itu nilai tersebut di sana cukup tinggi. 

Puluhan mahasiswa Stanford mendaftar. Diseleksi, dipilih 24 mahasiswa. Mereka dibagi jadi dua kelompok peran. Yakni, Peran kelompok narapidana dan kelompok sipir.

Responden ditempatkan, menginap di dalam sel penjara kecil berisi tiga orang yang dijaga seorang sipir. 

Pemeran narapidana menghuni sel selama 24 jam, kemudian berganti dengan pemeran narapidana lainnya. Pemeran sipir berjaga 8 jam, berganti tiga sif. 

Hasilnya luar biasa dahsyat. Kelompok narapidana stres berat. Ditekan psikologis oleh sipir. Oleh ucapan dan kadang pukulan. Perilaku sipir beda dengan perilaku pribadinya sehari-hari. Mereka jadi jahat.

Kondisi itu terpantau tim riset dari kaca satu arah yang keberadaan pemantau tidak terlihat para responden.

Riset itu baru berlangsung enam hari dari 14 hari yang dijadwalkan, dihentikan pihak kampus. Sebab, ada guru besar di situ meninjau dan menyatakan riset itu tidak manusiawi. Menyiksa responden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: