Trump Minta Negara-Negara NATO Kompak Boikot Minyak Rusia

Kapal tanker minyak mentah berbendera Rusia milik Rosneft, Vladimir Monomakh, melintasi Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, 6 Juli 2023.--Reuters
HARIAN DISWAY - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak negara-negara anggota NATO untuk segera menghentikan pembelian minyak dari Rusia. Ia menegaskan, sanksi energi baru terhadap Moskow hanya akan bisa efektif jika seluruh sekutu NATO mengambil langkah serupa.
Dalam pernyataan di Washington pada Sabtu 13 September, Trump menyebut Rusia masih mendapatkan pemasukan signifikan dari ekspor minyak, yang menurutnya memperpanjang perang di Ukraina. “Jika NATO bersatu dan menghentikan impor minyak Rusia, maka Amerika Serikat siap memperluas sanksi,” kata Trump.
Desakan ini menambah tekanan pada negara-negara anggota NATO yang masih bergantung pada energi Rusia. Turki tercatat sebagai pembeli terbesar minyak Rusia di antara anggota aliansi tersebut, disusul Hungaria dan Slovakia.
BACA JUGA:Trump Resmi Ganti Pentagon Jadi Departemen Perang, Ini Alasannya
BACA JUGA:Mimpi Buruk Ukraina Semakin Nyata, Trump Desak Zelensky Serahkan Donetsk Pada Rusia
Trump menekankan bahwa langkah kolektif sangat penting agar kebijakan dapat efektif. Ia juga mengaitkan hal itu dengan upaya menekan negara lain yang masih menjadi konsumen besar minyak Rusia. “Jika NATO bersatu, kita dapat pula mengenakan tarif besar pada barang impor dari China dan India, yang selama ini menjadi pembeli utama minyak Rusia,” ujarnya.
Dalam sebuah wawancara dengan media internasional, Presiden Ukraina, Vladimir Zelensky tuding Trump mulai dikung Rusia.-dok disway-
Pemerintah Trump sudah menerapkan tarif tambahan pada sejumlah produk India hingga total mencapai 50 persen, sebagai tekanan agar New Delhi mengurangi ketergantungan pada minyak Rusia. Namun, untuk China, Trump sejauh ini belum memberlakukan tarif baru dengan alasan menjaga gencatan dagang yang rapuh dengan Beijing.
Sementara itu, Uni Eropa menyatakan setiap kebijakan sanksi harus sesuai dengan aturan blok tersebut. Brussels menegaskan, sanksi tidak berlaku secara ekstrateritorial, sehingga penerapannya harus tetap dalam kerangka hukum Uni Eropa.
BACA JUGA:Trump-Putin Akhiri KTT Alaska Tanpa Kesepakatan Perang Ukraina
BACA JUGA:Eropa Bersatu Dampingi Zelensky Hadapi Tekanan Trump dalam Kesepakatan Damai Dengan Rusia
Rencana Trump menghadapi tantangan besar di dalam negeri. Kritikus menilai ia sering memberikan tenggat waktu dua minggu kepada Rusia untuk mengurangi serangan, tetapi tidak menindaklanjutinya. Sebuah jajak pendapat terbaru bahkan menunjukkan 54 persen warga Amerika berpendapat Trump terlalu dekat dengan Moskow, termasuk sebagian dari pemilih Partai Republik.
Selain persoalan politik, risiko ekonomi juga membayangi. Analis memperingatkan, penghentian impor minyak Rusia secara mendadak dapat memperketat pasokan global dan mendorong harga minyak naik tajam. Kenaikan harga energi diperkirakan berdampak langsung pada inflasi di Amerika Serikat maupun Eropa, yang bisa menurunkan dukungan publik terhadap kebijakan perluasan sanksi terhadap Rusia.
BACA JUGA:Protes Massal di Israel: Desak Trump Akhiri Perang dan Bebaskan Sandera
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: