Cantrik Prabowo

Cantrik Prabowo

ILUSTRASI cantrik Prabowo.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

POLITIK itu kejam. Begitu adagium yang populer mengenai POLITIK. Kenyataannya, adagium itu salah. Yang benar adalah POLITIK itu sadis dan brutal.

Tentu saja adagium itu diaosiasikan kepada Nicolo Machiavelli dalam diktat The Prince, yang mengajari sang pangeran bagaimana caranya merebut, mengakumulasi, dan mempertahankan kekuasaan.

Kalau mau bukti bahwa politik itu brutal, lihatlah reshuffle yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto sekarang ini. Dua menteri high profile dicopot dari kabinet. 

BACA JUGA:Reshuffle Kabinet, Pertaruhan Prabowo Menguji Ekspektasi Pasar?

BACA JUGA:Prabowo Rangkul Oposan Era Soeharto

Yaitu, Budi Gunawan dan Sri Mulyani Indrawati. Dua menteri yang terindikasi korupsi ditendang dari kabinet, yaitu Budi Arie Setiadi dan Dito Ariotedjo.

Hasan Nasbi dicopot dari PCO (presidential communication office) dan Erick Thohir digusur dari Kementerian BUMN, lalu dibuang ke Kementerian Pemuda dan Olahraga. Ibarat kompetisi sepak bola, Erick didegradasi dari Liga 1 ke Liga 4.

Hasan Nasbi ibarat menjadi korban pembunuhan dan mutilasi. Sudah dibunuh, dimutalisasi pula. April lalu ia sudah mengajukan pengunduran diri, tapi ditolak. Lima bulan berikutnya ia dipecat.

BACA JUGA:Abolisi, Amnesti, dan Hat-trick Prabowo

BACA JUGA:Prabowo Perintahkan Tulis Ulang Sejarah Indonesia: History atau His Story?

Hasan ”Alphard” Nasbi (ia pernah bertaruh mobil Alphard kalau Anies Baswedan bisa dapat tiket piplres) sudah merasa bahwa posisinya sebagai kepala PCO unattainable, ’tidak bisa dipertahankan’. 

Ia terisolasi dan putus akses dari lingkar pertama kekuasaan. Jabatannya keren, tapi pekerjaannya cemen.

PCO seharusnya menjadi ujung tombak komunikasi presiden. Ia harus punya direct access kepada presiden dan memahami betul semua kebijakan presiden. Hasan Nasbi tidak punya akses dan tidak paham kebijakan presiden.

BACA JUGA:Impor Bebas ala Prabowo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: