Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (34): Dari Warung Pinggir Jalan ke Pasar Global

DUA JURNALIS berfoto bersama pada replika lousifen, 18 September 2025. Mereka adalah Faninn (kiri) dari Radio Nasional Kamboja dan Cdarissa Suk-ieam dari Matichon, Thailand.-Doan Widhiandono-
Dulu, luosifen hanya bisa dinikmati di warung-warung kaki lima Liuzhou. Kuahnya harus disajikan segar, karena tanpa itu rasanya mudah rusak. Masa simpannya pendek, hanya sebulan. Sulit dibayangkan mi berbau tajam itu bisa menempuh perjalanan jauh. Namun teknologi pangan mengubah segalanya.
BULAN lalu, Harian Disway menulis bahwa inovasi sterilisasi dan kemasan vakum mampu memperpanjang masa simpan luosifen hingga enam bulan. Dari hanya 30 hari menjadi 180 hari.
Perubahan itu ternyata revolusioner. Karena umur panjang itu, luosifen akhirnya bisa diproduksi massal, dikirim lintas negara, dan dijual di rak-rak supermarket global.
Dampaknya langsung terasa. Nilai pasar luosifen melonjak drastis: dari 500 juta yuan pada 2015 menjadi 75 miliar yuan pada 2024. Angka itu setara Rp 169 triliun.
Dalam kurun kurang dari sepuluh tahun, sebuah makanan jalanan rakyat menjelma industri raksasa. Pengirimannya menembus lebih dari 100 juta bungkus per tahun.
Saat mengunjungi No. Wang, pabrik luosifen ternama di Liuzhou, Guangxi, 18 September 2025, jurnalis peserta program China International Press Communication Center (CIPCC) melihat aneka rasa mi tersebut. Siap saji dalam bentuk mi instan. Siap pula diekspor atau dikirim ke berbagai gerai. Dari yang pedas hingga tidak pedas. Dari yang halal hingga yang tidak boleh dikonsumsi warga muslim. Komplet.
Transformasi itu juga didukung oleh logistik modern. Koridor Perdagangan Darat-Laut Internasional Baru yang menghubungkan Tiongkok barat dengan 555 pelabuhan dunia memangkas waktu kirim hingga 20 hari.
Moda gabungan rel dan laut membuat pengiriman dari Liuzhou ke Teluk Beibu, lalu ke Asia Tenggara, Eropa, hingga Amerika Utara menjadi jauh lebih cepat. Jalur baru itu bebas dari hambatan musim yang kerap mengganggu pengiriman tradisional lewat sungai dan laut.
DISPLAY MI LOUSIFEN yang menunjukkan aneka produk kemasan mereka.-Doan Widhiandono-
Luosifen tidak hanya dipindahkan dari dapur ke pabrik. Ia sudah bergerak dari pasar lokal ke panggung global. Dan perjalanan itu tidak mungkin terjadi tanpa media sosial. Narasi visual ala influencer menjadikan luosifen bukan sekadar makanan. Ia menjadi cerita estetik.
Dalam video-video itu, proses memasak luosifen digambarkan sebagai romantika pada kehidupan pedesaan Tiongkok. Keaslian itu menjangkau audiens global. Membuat orang di benua lain penasaran pada mi beraroma menyengat itu.
Fenomena itu menunjukkan bagaimana kuliner bisa menjadi diplomasi estetika. Bukan lewat negosiasi resmi atau dokumen formal. Tetapi melalui rasa, visual, dan pengalaman indrawi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: