Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (42): Susahnya Menggapai Umur Panjang
LAOSHI TAO HONG menerangkan sejarah aksara Tiongkok, 30 September 2025.-Doan Widhiandono-
Selasa, 30 September 2025, peserta program China International Press Communication Center (CIPCC) dikenalkan pada salah satu budaya Tiongkok. Yakni, seni kaligrafi. Bukan sekadar belajar melukis, tetapi juga mendalami filosofi di baliknya.
RUANG pertemuan di Jianguomen Diplomatic Residence Compound, Chaoyang, Beijing, itu sudah siap saat kami tiba pukul 14.00. Meja sudah dilapisi plastik. Plus selembar kain alas dengan beberapa cipratan tinta.
Di hadapan kami, berdiri perempuan berambut pendek: Laoshi (guru, Red) Tao Hong.
Dia bukan sembarang pengajar. Tao Hong lahir dari keluarga dengan latar seni yang kuat. Salah seorang leluhurnya adalah Yu Shinan, salah satu dari empat kaligrafer besar Dinasti Tang (618–907).
“Saya adalah generasi ke-39 yang menjadi seniman kaligrafi,” ujarnya.
Sejak kecil, Tao Hong memang hidup dalam lingkungan yang sarat budaya. Kakeknya seorang pecinta seni tradisi, ibunya pemain Opera Peking yang mendirikan kelompok seni sendiri. Paman dari pihak ibu, Yu Qilong, adalah kaligrafer sekaligus diplomat. Dari merekalah, Tao Hong kecil mendapat pelajaran tidak hanya seni lukis dan kaligrafi. Media China Today pernah menulis bahwa Tao Hong juga menguasai bahasa Inggris dan Prancis.
Pengalaman lintas bahasa dan seni itu menjadikannya semacam ’’duta’’ budaya Tiongkok. Maka, ketika dia berbicara tentang kaligrafi, bukan hanya teknik yang muncul. Tetapi juga unsur sejarah dan filosofi di baliknya.
“Sejak muncul karakter simplified pada 1950-an, seluruh warga Tiongkok mulai bisa membaca dan menulis. Literasi meningkat pesat. Dulu, bahkan banyak orang tidak bisa menuliskan namanya sendiri,” katanya.
HASSIL LATIHAN kaligrafi dibawa oleh Harian Disway saat foto bersama Laoshi Tao Hong seusai sesi latihan.-Dokumen Pribadi-
Ya, sejarah panjang aksara Tiongkok memang tidak lepas dari bentuknya yang rumit. Dari oracle bone script yang terukir pada tulang dan tempurung kura-kura, berkembang ke prasasti perunggu, kemudian ke aksara seal script Dinasti Qin.
Aksara terus berevolusi hingga ke bentuk regular script yang kini menjadi dasar penulisan modern. Versi penyederhanaan—yang muncul abad ke-20—menjadi jalan literasi yang sedemikian cepat.
Tao Hong menjelaskan tentang empat benda penting dalam dunia kaligrafi Tiongkok: kuas, tinta, batu tinta, dan kertas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: