Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (49): Juyongguan, Gerbang Tua Penjaga Beijing

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (49): Juyongguan, Gerbang Tua Penjaga Beijing

TEMBOK RAKSASA JUYONGGUAN dulu pernah menjadi salah satu titik pertahanan terpenting di kawasan utara Beijing.-Doan Widhiandono-

Kami tiba di kawasan itu pukul 09.30 pagi. Udara di gerbang utama berembus kuat. Sejumlah kendaraan wisata menurunkan rombongan turis dari berbagai negara. Sebagian dari mereka langsung sibuk berfoto. Dari titik itu, perjalanan mendaki dimulai.

Selepas loket dan pemeriksaan barang, kami disambut area lapang. Areal belanja. Aneka suvenir dipajang. Seorang pemuda terlihat sibuk memahat marmer. Sudah bergambar tembok raksasa. Yang ingin membeli, tinggal menyebutkan nama. Nantinya, nama itu akan langsung diukir di batu marmer kecil itu.

BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber

BACA JUGA:ITCC Lepas 250 Calon Mahasiswa ke Tiongkok, Gelar Sharing Session Knowledge is Power Bersama Dahlan Iskan

Dari areal itu, terlihat ribuan anak tangga yang mengundang para pendaki. Sekaligus menciutkan nyali beberapa orang. Yang akhirnya memang memilih menikmati suasana di area suvenir tersebut.

Tangga-tangga pertama masih bersahabat. Landai. Juga lebar. Namun setelah beberapa menit, kemiringan semakin tajam. Napas terasa berat. Terutama saat melintasi undakan yang sempit dan licin.

Meski dingin, tubuh mulai berkeringat. Sesekali terdengar suara tawa pelan dari sesama pendaki yang berhenti di sisi tembok. Mereka mengambil jeda. Atau—pura-pura—memotret lembah yang diselimuti kabut tipis. Ya, sekadar mengambil kesempatan untuk menarik napas lebih panjang.

Di pos pertama, angin makin keras. Tapi pemandangan terbayar lunas. Dari ketinggian itu terlihat jelas bentangan tembok berliku. Seperti naga abu-abu yang membelah hutan musim gugur.


POS PERTAHANAN terhubung dengan jaringan tembok raksasa yang menjulur sejauh 21 ribu kilometer.-Doan Widhiandono-

Juyongguan bukan sekadar tempat wisata. Ia adalah sisa kehidupan militer yang pernah hidup dan mati di antara batu-batu itu.

Tak sulit membayangkan ratusan tahun lalu, ketika pasukan Ming berjaga di sini. Mereka menyalakan api sinyal di menara jika musuh terlihat dari utara. Semacam telekomunikasi darurat zaman dulu.

Api dari Juyongguan akan terlihat hingga ke Badaling—bagian tembok yang kini paling terkenal—memberi tanda bahaya menuju Beijing.

BACA JUGA:Jadi Juara 3, Tim SMA Nurul Jadid 2 Putra Sempat Pesimistis Hadapi Tim Satu Sekolah di Disway Mandarin Debate & Speech Competition 2025

Pos yang kami singgahi itu dilabeli sebagai Fortress No. 7. Benteng nomor tujuh. Dan itu hanyalah satu di antara benteng-benteng lain yang mencuat di punggung naga kelabu tersebut. 

Dan di benteng itu, dulu, pasti ada prajurit yang menatap malam dengan waspada. Dengan pandangan ke arah utara, ke puncak-puncak bukit yang sejatinya sudah membentuk benteng alami untuk ibu kota… (*/bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: