Politikus Loncat Pagar

Politikus Loncat Pagar

ILUSTRASI Politikus Loncat Pagar.-Arya-Harian Disway-

LONCAT PAGAR. Istilah itu populer kembali di jagat politik. Seiring dengan menyeberangnya sejumlah kader elite Partai Nasdem ke partainya Jokowi, PSI.

Salah satu yang pindah itu memang masuk kader kakap. Yakni, Ahmad Ali. Ia di Nasdem menjabat wakil ketua umum. Di Partai Solidaritas Indonesia (PSI), ia juga diberi jabatan ketua harian. Jabatan selevel.

Beberapa kader elite Nasdem juga ikut menyeberang. Misalnya, Bestari Barus. Kini pun santer terdengar Ahmad Sahroni, anggota nonaktif DPR, bakal menyeberang juga. Indikasinya, Sahroni sudah bersua salah seorang wakil ketua umum PSI.

BACA JUGA:Koalisi Loncat

BACA JUGA:Big Data Menggoyang Politikus

Apakah loncat pagar itu bakal ikut mengangkat suara PSI? Paling tidak, membawa PSI ke Senayan.

Melihat nama yang loncat itu, baru sebatas politikus populer. Belum level tokoh yang punya massa dan berpengaruh.

Ahmad Ali memang pernah menjadi anggota DPR. Namun, pada Pemilu Legislatif 2024, ia gagal lolos dari Dapil Jakarta 1. Andaikan Sahroni gabung PSI, ia juga belumlah sosok tokoh nasional yang bisa menjadi magnet. Namun, setidaknya,  pengalaman Ahmad Ali cs sebagai organisatoris partai bisa membantu.

BACA JUGA:KPK Geledah Rumah Politikus NasDem Ahmad Ali dalam Kasus Dugaan Gratifikasi

BACA JUGA:Skandal Tambang Kukar Rita Widyasari, KPK Telusuri Aliran Dana ke Ketua PP Japto dan Eks Politikus Nasdem Ahmad Ali

Dalam sejarah kutu loncat, sekelas Harry Tanoe yang punya jaringan televisi terluas di Indonesia bisa dibilang tak berpengaruh besar. Awalnya ia gabung Hanura, tetapi partainya tetap kecil. 

Terus, ia pindah ke Nasdem, juga tak banyak membawa perubahan. Akhirnya pun, Harry Tanoe bikin partai sendiri, Perindo, tetap gagal ke Senayan. Padahal, jaringan medianya luar biasa.

Perindo juga merekrut tokoh berpengaruh dan punya massa di Lombok, Tuan Guru Bajang. Tetap juga tak mampu mencapai suara 4 persen.

Satu-satunya tokoh sukses yang mengangkat suara partai adalah saat legenda hidup Rhoma Irama gabung PKB. Pileg 2014. Rhoma yang saat itu ”dijual” sebagai capres menjadi daya tarik kuat bagi fans Raja Dangdut. Suara PKB naik signifikan. Faktor Rhoma itu diakui Imam Nahrawi yang kala itu menjabat sekretaris jenderal PKB. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: