Jamaah Umrah Dewangga Tuntaskan Tawaf Wada, Nikmati Museum Al Amoudi sebelum Pulang

Jamaah Umrah Dewangga Tuntaskan Tawaf Wada, Nikmati Museum Al Amoudi sebelum Pulang

Rombongan jamaah umrah Dewangga Solo dan Ngawi-Madiun menikmati Museum Al Amoudi sebelum pulang ke tanah air.-Dokumentasi Dewangga-

Setelah semalam melaksanakan tawaf wada’, suasana haru menyelimuti jamaah Dewangga Solo. tawaf wada’ merupakan tawaf perpisahan sebelum meninggalkan Tanah Suci, momen yang hampir selalu meneteskan air mata. Jamaah mengelilingi Ka’bah dengan hati bergetar, memanjatkan doa terakhir di hadapan Baitullah, seolah enggan beranjak. Setiap langkah terasa bermakna, setiap pandangan menjadi kenangan yang sulit dilupakan.

----

Usai tawaf, jamaah kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak. Malam itu kamar-kamar dipenuhi aktivitas. Ada yang bercerita dengan teman sekamar, ada yang sibuk menata koper, bahkan ada yang sekadar menyeduh kopi atau mie rebus.

Sesuai jadwal, pukul 04.00 dini hari seluruh koper sudah harus siap di depan kamar untuk diangkut tim logistik. Meski lelah, semangat jamaah tetap terjaga, menyadari setiap langkah di Tanah Suci adalah bagian dari ibadah.

Pagi harinya, mereka menikmati sarapan terakhir di Hotel Maysan Al Maqom, Makkah Al-Mukarramah. Menu sederhana terasa istimewa karena disantap bersama saudara seiman yang selama beberapa hari terakhir saling menguatkan dalam ibadah.

Tepat pukul 09.00 waktu setempat, rombongan berangkat menuju Jeddah, menempuh perjalanan sekitar dua jam. Dari balik jendela bus, jamaah menatap hamparan padang pasir dan gunung batu, pemandangan yang kini terasa akrab di hati.

Sebelum menuju bandara, bus berhenti di Museum Al Amoudi, destinasi bersejarah di Jeddah yang menyimpan banyak kisah tentang Tanah Suci.

Museum yang didirikan oleh keluarga Al Amoudi ini menampilkan replika Ka’bah dan Masjidil Haram dari masa ke masa, lengkap dengan penjelasan proses perluasannya. Ada pula miniatur Masjid Nabawi yang menampilkan perubahan arsitektur dari zaman Rasulullah SAW hingga era modern.

 “Ayo, sebagian yang di kiri geser ke kanan, biar seimbang,” ujar Ustadz Fajri Khomsan saat memandu jamaah berfoto.

Selain itu, museum juga memamerkan artefak Islam kuno seperti bejana air zamzam, alat tulis klasik, pakaian tradisional Hijaz, hingga pedang dan perisai menyerupai peninggalan para sahabat Nabi.

Koleksi dokumentasi pembangunan dua masjid suci pun membuat jamaah kagum, menyaksikan bagaimana Allah menjaga kemuliaan Tanah Haramain sepanjang masa.

Perhentian berikutnya adalah Pasar Corniche, pusat belanja terkenal di Jeddah. Jamaah diberi waktu bebas untuk membeli oleh-oleh khas Arab seperti kurma Ajwa, madu, minyak wangi, sajadah, abaya, tasbih, hingga kacang dan cokelat Arab.

Suasana pasar yang ramai dan penuh warna menjadi kontras dengan ketenangan ibadah di Makkah, namun tetap menyenangkan.

Setelah berbelanja, jamaah makan siang bersama di sekitar area pasar. Momen sederhana itu menjadi kebersamaan terakhir di Tanah Arab, diwarnai tawa, canda, dan cerita tentang pengalaman spiritual masing-masing.

Menjelang sore, rombongan tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Setelah melalui proses panjang check-in dan imigrasi, jamaah menuju ruang tunggu dengan perasaan campur aduk—lega karena ibadah telah selesai, namun berat meninggalkan Tanah Suci. Tepat pukul 20.00 waktu Saudi, pesawat lepas landas membawa mereka pulang menuju tanah air.

Dengan izin Allah SWT, pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Adi Soemarmo, Solo, pukul 10.00 pagi waktu Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: