Rivalitas Global Memanas, ASEAN Tegaskan Netralitas
Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn (duduk di tengah) memimpin pertemuan para menteri luar negeri anggota ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, kemarin.-Dokumentasi ASEAN-
BACA JUGA:SEA-blings: Solidaritas Generasi Digital ASEAN yang Menguatkan Ojol Indonesia
BACA JUGA:ASCOPE 50 Tahun: Dari Migas ke Energi Bersih, ASEAN Hadapi Babak Baru
Keputusan ASEAN untuk menerima Timor-Leste berbarengan dengan aksesi pada traktat bebas senjata nuklir adalah bentuk penegasan politik: Asia Tenggara ingin tetap menjadi zona damai dan netral.
Konteksnya juga tak bisa dilepaskan dari manuver Amerika Serikat yang kembali aktif di kawasan tersebut. Presiden AS Donald Trump pun sudah tiba di Malaysia tepat menjelang KTT ASEAN sebagai bagian dari trilogi kunjungan Asia.
Target utamanya melakoni pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan. Sementara Washington dan Beijing tengah menggelar pembicaraan dagang di Kuala Lumpur di sela-sela forum ASEAN.
BACA JUGA:11 SMK di Jatim Cetak Sejarah, Sumbang 4 Emas untuk Indonesia di WorldSkills ASEAN 2025
BACA JUGA:Menyusul Timor Leste, Papua Nugini Resmi Ajukan Diri Jadi Anggota Penuh ASEAN
Latar semacam itu pula yang membuat kehadiran Timor-Leste di ASEAN menjadi satu sinyal. Bahwa ASEAN ingin memproyeksikan dirinya bukan sebagai “hadiah” atau arena persaingan dua kekuatan besar, melainkan sebagai blok yang mandiri dan kolektif.
“ASEAN telah menjadi simbol netralitas global dan pelabuhan aman di tengah ketegangan geopolitik dunia, tetap menjaga kohesi meski dihadapkan pada ketidakpastian dan persaingan kekuatan besar,” katanya.
Kekuatan-kekuatan besar terus berlomba memproyeksikan pengaruh militer dan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik. Namun, ASEAN ingin tetap memegang kendali atas nasibnya sendiri.
BACA JUGA:Timor Leste Semakin Dekat Jadi Anggota Penuh ASEAN, Target Oktober 2025
BACA JUGA:BRI Raih Penghargaan ACGS 2024, Masuk Top 5 Perusahaan Terbaik di ASEAN
Timor-Leste, negara kecil dengan sejarah kolonial dan intervensi internasional, menjadi lambang kuat dari komitmen tersebut.
Selain politik, aksesi Timor-Leste juga datang di saat ASEAN berusaha memperkuat pilar ekonominya. Hasan menegaskan, visi kolektif ASEAN tetap solid melalui inisiatif seperti Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dan Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital ASEAN (DEFA).
Kedua inisiatif itu bertujuan memperdalam integrasi, memperkuat rantai pasok regional, dan menarik investasi global. Tentu bisa menjadi krusial di tengah fragmentasi ekonomi dunia pascapandemi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: