Rachmat Gobel Desak Mendag dan Menkeu Basmi Impor Baju Bekas Demi Lindungi UMKM
Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi NasDem, Rachmat Gobel mendorong Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso untuk membantu Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa membasmi impor baju bekas. -@rachmatgobel_rg-Instagram
JAKARTA, HARIAN DISWAY - Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi NasDem, Rachmat Gobel mendorong Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso untuk membantu Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa membasmi impor baju bekas.
“Mendag harus bantu Menkeu. Ini untuk melindungi UMKM di bawah, di desa, dan untuk membuka lapangan kerja di tingkat bawah,” ujar Gobel dikutip dari laman Fraksi NasDem pada Selasa, 28 Oktober 2025.
Ia menambahkan bahwasanya impor pakaian meningkat dalam 10 tahun terakhir. Pasalnya, serbuan impor pakaian bekas merugikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta membuat kolaps industri konveksi rumahan di tingkat bawah dan di desa-desa.
Tidak hanya itu, lapangan kerja di tingkat bawah juga semakin langka dengan adanya impor baju bekas tersebut. Maka dari itu, Gobel mendukung langkah Menkeu yang memerangi impor pakaian bekas.
BACA JUGA:Purbaya Tegas, Tak Ada Perlindungan bagi Pegawai Bea Cukai yang Terlibat Kasus Hukum
“Namun kewenangan dan regulasi impor pakaian bekas bukan hanya ada di Kemenkeu yang membawahi Ditjen Bea Cukai, tapi juga ada di bawah Kemendag yang mengatur tentang perdagangan,” jelas Gobel.
Gobel mengingatkan tentang keberadaan Asta Cita. Dari delapan, ada tiga cita yang berkaitan dengan impor pakaian bekas ini.
Pertama, pada cita kedua tertulis 'Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru'.
Kedua, dalam cita ketiga, tertulis 'Meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur'.
Ketiga, pada cita keenam, tertulis 'Membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan'. Gobel menilai impor pakaian membuat mati industri konveksi di desa-desa dan di bawah karena segmen pasarnya sama.
BACA JUGA:Program MBG Dongkrak UMKM Ikan di Tangsel, Produksi Naik, Lapangan Kerja Bertambah
BACA JUGA:17 Program Stimulus Ekonomi 2025 untuk Serap Tenaga Kerja dan Dukung UMKM
Pada cita ini banyak aspek yang terkait dengan impor pakaian bekas, yaitu sumber daya manusia, peran perempuan, dan kesehatan. Industri konveksi, katanya, membutuhkan manusia-manusia berkualitas seperti kemandirian, kreativitas, dan jiwa juang. Sedangkan, bisnis impor sampah pakaian hanya memerlukan power and money untuk memengaruhi kebijakan tapi hasilnya merusak bangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: