Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (84): Transformasi Desa Pengemis
TARIAN SAMBUTAN dari warga desa Xianrendong, Provinsi Yunnan. Mereka berasal dari sub etnik Sani, suku Yi.-Doan Widhiandono-
Perubahan dimulai pada 1994. Cikal bakal pariwisata Puzhehei mulai diperkenalkan. Tentu tak langsung sukses. Yang terang, desa itu punya kartu truf: lanskap, budaya, dan keaslian.
BACA JUGA:Tiongkok Peringatkan Warganya Hindari Jepang Setelah Ketegangan Diplomatik Soal Taiwan
Dua puluh tahun kemudian, Pemerintah provinsi memasukkan Xianrendong dalam proyek “Special Ethnic Tourism Village.”
Dari situ, dana mengalir. Ada lebih dari 20 juta yuan dari departemen pariwisata, etnis, dan pengentasan kemiskinan. Juga 65 juta yuan pinjaman bank dengan subsidi bunga. Plus 40 juta yuan dari pemerintah lokal dan para warga sendiri.
Totalnya menembus lebih dari 120 juta yuan. Uangnya dipakai untuk peningkatan rumah-rumah warga, pembangunan jalan desa, gerbang desa, pembuatan ikon wisata, jaringan air bersih, dan penguatan identitas budaya Sani.
Hasilnya, Xianrendong punya wajah baru. Tapi akarnya tak tercerabut.

RUMAH TRADISIONAL Sani yang berfungsi sebagai penginapa di Xianrendong.-Doan Widhiandono-
Setelah menuntaskan kunjungan desa, kami beranjak ke tepi telaga. Tiga perahu wisata sudah menunggu. Bentuknya unik: mirip kapal armada kuno Tiongkok. Kabin kayunya lapang. Tempat duduknya nyaman, dikelilingi dinding kayu dan jendela kaca lebar.
Saya memilih kapal yang tengah. Seorang perempuan muda berkulit cerah menyambut. Ada tahi lalat di atas bibir kirinya. Manis sekali…
Perempuan itu berkostum khas Sani. Hitam. Dengan bordir aneka warna dan salaman benang perak. Perempuan itu minta dipanggil sebagai Amei. Artinya: perempuan cantik! Sungguh sebuah panggilan yang pas.
Amei memang cantik. Tak hanya dari parasnya, tetapi juga penuh percaya diri, tidak ragu, dan hafal semua data geowisata di luar kepala.
BACA JUGA:Sentuhan Restorasi di Situs Sangxidui, Tiongkok, Bangkitkan Kejayaan Masa Lalu Sichuan
BACA JUGA:Yimakan, Seni Lisan Bangkit Kembali dari Timur Laut Tiongkok
Ya, Amei-lah yang menjadi pemandu kami di kapal. Sepanjang perjalanan, dia terus menerus berbicara tentang fakta-fakta kawasan tersebut. Sambil sesekali menuangkan teh hangat untuk kami.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: