Bedah Buku Pater Fritz Meko: Kembara Pikiran, Catatan Harian Seorang Imam Katolik
PATER FRITZ MEKO, penulis buku Kembara Pikiran, menandatangani buku untuk pembacanya.-Panitia Bedah Buku Fritz Meko-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Rinai hujan menemani senja di langit Surabaya pada Jumat, 21 November 2025. Di Auditorium Benedictus Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), sekelompok orang membedah Kembara Pikiran, buku karangan Pater Dr. Fritz Meko, SVD.
Tulisan dalam buku itu mengantarkan semua orang di dalam ruangan itu mengembara. Bukan perjalanan fisik, melainkan petualangan jiwa.
Dalam buku yang oleh Pater Fritz disebut catatan harian itu, ia menuangkan pengalamannya sebagai manusia dan imam Katolik. Buku itu menjadi jendela kecil bagi siapa pun yang membacanya. Jendela yang membuka pandangan ke dalam hati seorang imam.
Kehidupan rohani Pater Fritz tidak melulu diwarnai doa. Ia juga merenung, menulis, dan mengajak orang lain untuk berhenti sejenak. Sejenak saja, di tengah dunia yang terus bergerak.
BACA JUGA:Genap 17 Tahun, Elena Hendropurnomo Luncurkan Buku Kumpulan Puisi Citrus Society
BACA JUGA:Elena Hendropurnomo Raih Jac Khor Award berkat Hobi Baca Buku Sejak Kecil

PATER FRITZ MEKO (tengah) saat menandatangani buku karyanya di bedah buku Kembara Pikiran, Jumat, 21 November 2025-Panitia bedah buku Fritz Meko-
Musik lembut Jimmy Charles dan Wempy Mukin mengalun pelan. Harmoni itu mengantarkan audiens menyelami pikiran seorang pastor.
"Setiap butiran pikiran yang tercecer, jika dibukukan, akan menjadi hadiah," ujar Pater Fritz dalam bedah buku yang sekaligus syukuran 150 tahun karya misi Kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD) di Indonesia itu.
Bedah buku itu juga menandai 100 tahun kehadiran Biara Soverdi Surabaya. Dua tonggak sejarah itu tak bisa dilepaskan dari perjalanan spiritual, intelektual, dan budaya umat Katolik. Termasuk, Pater Fritz .
Dengan suaranya yang lembut tapi tegas, Pater Fritz berbagi tentang pagi yang dingin, tentang percakapan di warung kopi, tentang anak kecil yang tertawa, tentang rasa bersalah setelah marah, tentang keindahan senja yang sering terabaikan.
BACA JUGA:5 Buku Inspiratif yang Bisa Menemani Saat Butuh Ketenangan
BACA JUGA:5 Buku yang Membangkitkan Nasionalisme dan Perjuangan Anak Muda, Sambut Sumpah Pemuda
Pater Fritz tidak berbicara tentang teologi rumit atau dogma abstrak. Ia mengajak pembaca untuk menciptakan jeda-hening. Di dalam keheningan itulah, manusia bisa melihat makna di balik setiap peristiwa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: