Melihat Bersama #SetaraBerkarya, Saat Anak Disabilitas Menjadi Seniman di Surabaya
Dafam Pacific Caesar Surabaya menghadirkan “Melihat Bersama #SetaraBerkarya” sebagai ruang inklusif untuk merayakan kreativitas anak-anak disabilitas melalui seni dan kolaborasi komunitas-istimewa-
Di sudut lain ruangan, Kiking dan Pina, dua seniman tuna rungu-wicara, melukis secara langsung di hadapan pengunjung. Gerak kuas mereka tenang, seolah setiap warna adalah kalimat yang sedang dirangkai.
Tak ada dialog verbal, namun makna mengalir begitu saja. Penonton menyaksikan bagaimana proses berkarya bisa menjadi bahasa yang paling jujur.
Salah satu momen paling personal hadir saat Sophie berbagi kisahnya di atas panggung. Dengan percaya diri, ia berbicara tentang mimpi, tantangan, dan arti sebuah kesempatan bagi anak disabilitas untuk diakui sebagai seniman.
BACA JUGA:Hari Disabilitas Internasional 2025: Momentum Membangun Masyarakat Inklusif
BACA JUGA:Rayakan HUT ke-45, Hotel Grand Inna Tunjungan Tingkatkan Layanan untuk Lansia dan Disabilitas
Sophie juga mempersembahkan potret ibunya, sebuah karya yang lahir dari rasa terima kasih dan dukungan yang terus ia terima. Di sana, seni menjadi jembatan antara karya, keluarga, dan cinta.
Cerita lain datang dari Aqsa, fotografer muda tuna rungu-wicara, yang menjelaskan karyanya lewat bahasa isyarat. Ia memotret dengan perasaan, bukan hanya penglihatan, dan berharap karyanya dilihat karena maknanya.
Melalui Melihat Bersama #SetaraBerkarya, seni tampil sebagai ruang setara. Anak-anak disabilitas tidak lagi ditempatkan sebagai objek belas kasihan, melainkan sebagai seniman yang memiliki suara, visi, dan dunia mereka sendiri.
Di ruangan itu, seni bukan hanya dipamerkan. Ia hidup, tumbuh, dan mengingatkan bahwa setiap anak, dengan cara apa pun mereka melihat dunia, berhak untuk berkarya dan dihargai. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: