Rani Jambak Hadirkan Sounds from Sumatera in Melbourne, Kesaksian Ekologis di Inter.Sonix 06
Rani Jambak tampil dalam Inter.Sonix 06, program kuratorial internasional yang digagas Liquid Architecture (LA), 12 Desember 2025.-Rani Jambak-
Mereka membuka ruang bagi karya-karya yang bersentuhan langsung dengan persoalan sosial, politik, dan ekologi.
Inter.Sonix pun merupakan seri kuratorial unggulan yang menyoroti praktik sonik kontemporer Asia Tenggara.
Sejumlah nama dari Indonesia pernah hadir dalam program itu. Seperti Sipaningkah (Aldo Ahmad), Rully Shabara, Mahamboro, kolektif Yes No Klub, hingga Woto Wibowo.
BACA JUGA:1016 Jiwa Korban Meninggal Dunia akibat Bencana Banjir-Tanah Longsor di Sumatra
BACA JUGA:Banjir Sumatra Tewaskan 1.006 Orang, BNPB: Data Masih Bergerak
Kehadiran Rani memperpanjang dialog tersebut dengan membawa konteks Sumatera ke dalam percakapan global.
“Di Inter.Sonix, suara tidak dituntut untuk steril. Tetapi di dalamnya, kusisi boleh sedih, marah, dan menyatakan sikap," ungkapnya.
Australia dalam Jejak Artistik Rani
Kunjungan Rani ke Melbourne telah beberapa kali dilakukan. Pada 9 Desember, dia terlibat dalam diskusi publik Li( )stening Exchange: Sonic Heritage di CY Space.
Dalam forum itu, Rani memaparkan perjalanan artistiknya. Sekaligus fondasi filosofis yang membentuk praktik berkaryanya.
BACA JUGA:Menjaga Semangat Donasi di Tengah Polemik Regulasi
Australia bukan tempat asing baginya. Rani meraih gelar magister dari Macquarie University, Sydney, pada 2018.
Pengalaman akademik dan perjumpaan kultural selama bermukim di sana menjadi salah satu simpul penting dalam perkembangan artistiknya.
Dia mengisahkan bagaimana proyek awalnya, #FORMYNATURE, berawal dari kunjungan ke Melbourne Museum tujuh tahun silam.
Di sana, Rani membaca prinsip hidup berkelanjutan masyarakat Gunditjmara: You should never take more than you need. Artinya: jangan pernah mengambil lebih dari yang kamu butuhkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: