Mau Menikah? Cek Dulu Kecocokan Weton Kalian dan Pasangan
Kepercayaan tentang weton dalam pernikahan masih dijadikan pertimbangan oleh sebagian masyarakat Jawa sebagai bentuk kehati-hatian sebelum menikah.-pinterest-
HARIAN DISWAY - Weton masih menjadi pengaruh kuat dalam masyarakat. Kepercayaan terhadap Weton, utamanya saat membahas pernikahan, bisa membawa dampak signifikan bagi hubungan sepasang manusia.
Bagi sebagian orang, weton bukan sekadar hitungan hari lahir, melainkan pedoman untuk menentukan kecocokan hidup berumah tangga.
Di tengah modernisasi, tradisi ini tetap dipertahankan sebagai bentuk kehati-hatian sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
Tak sedikit pasangan yang memilih menghitung weton demi menghindari hal-hal yang dianggap kurang baik di masa depan.
BACA JUGA:5 Weton yang Buat yang Sedang Beruntung, Ini Daftarnya...
BACA JUGA:Kalender Jawa Desember 2024, Lengkap dengan Pasaran dan Weton
Apa Arti Weton dan Mengapa Penting?
Weton merupakan gabungan antara hari lahir dan pasaran dalam Kalender Jawa. Kombinasi ini dipercaya memiliki nilai neptu tertentu yang mencerminkan karakter dan nasib seseorang.
Dalam konteks pernikahan, weton digunakan untuk melihat kecocokan antara calon suami dan istri. Perhitungan ini diyakini dapat memprediksi potensi keharmonisan, rezeki, hingga konflik rumah tangga.
Berikut adalah kategori pasangan weton yang kerap disebut tidak dianjurkan menikah beserta penjelasannya.
1. Weton dengan Hasil Pegat
Pasangan dengan hasil hitungan pegat dipercaya rawan mengalami perpisahan. Rumah tangga dengan kategori ini sering dikaitkan dengan konflik berkepanjangan dan kesulitan mempertahankan keharmonisan.
BACA JUGA:Rabu Pon Ternyata Weton Jokowi
BACA JUGA:Pernikahan yang Tidak Sah Menurut Hukum Islam dan Negara, Apa Saja?
Masalah yang muncul bisa berupa perbedaan prinsip, tekanan ekonomi, atau campur tangan pihak luar. Oleh karena itu, pasangan pegat biasanya disarankan lebih berhati-hati sebelum menikah.
2. Weton dengan Hasil Padu
Kategori padu menggambarkan pasangan yang sering terlibat pertengkaran. Meski demikian, konflik yang terjadi tidak selalu berujung pada perpisahan.
Pertengkaran dalam pasangan padu biasanya dipicu oleh ego dan komunikasi yang kurang baik. Jika tidak dikelola dengan bijak, kondisi ini dapat mengganggu stabilitas rumah tangga.
3. Weton dengan Hasil Sujanan
Pasangan dengan hasil sujanan dipercaya memiliki risiko perselingkuhan. Dalam Primbon Jawa, sujanan melambangkan godaan yang datang dari dalam maupun luar rumah tangga.
Risiko ini tidak selalu berasal dari pasangan itu sendiri, tetapi juga dari lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, pasangan sujanan dianjurkan menjaga kepercayaan dan komitmen.
BACA JUGA:Nikah Siri: Antara Keimanan, Cinta, dan Ironi Hukum Perkawinan
BACA JUGA:Tradisi Lempar Bunga di Pernikahan, Dari Inggris Abad ke-18 hingga Jadi Tren di Indonesia
4. Weton dengan Hasil Ratu
Hasil ratu sering dianggap baik, namun dalam kepercayaan Jawa justru memiliki sisi kurang menguntungkan. Pasangan ini dipercaya sering menjadi pusat perhatian dan rawan menimbulkan kecemburuan sosial.
Tekanan dari lingkungan atau keluarga besar dapat memicu masalah dalam rumah tangga. Oleh karena itu, pasangan ratu disarankan tetap rendah hati dan menjaga keharmonisan.
5. Weton dengan Hasil Topo
Topo melambangkan kehidupan rumah tangga yang penuh ujian. Pasangan dengan hasil ini dipercaya akan menghadapi kesulitan pada awal pernikahan.
Kesulitan tersebut bisa berupa ekonomi, kesehatan, atau jarak emosional. Namun, jika mampu bertahan, rumah tangga topo dipercaya akan berakhir bahagia.
BACA JUGA:Intimate Wedding, Menikah dengan Lebih Personal dan Hangat
BACA JUGA:5 Konsep Pernikahan Populer Tahun 2025 dari Rustic hingga Brown Wedding
Bukan Larangan Mutlak, Ini yang Perlu Dipahami

LARANGAN MENIKAH berdasarkan weton bukanlah aturan mutlak, melainkan peringatan budaya yang dapat disikapi dengan kebijaksanaan dan pemahaman.-pinterest-
Meski sering disebut “dilarang”, sebenarnya weton tidak dimaknai sebagai larangan absolut. Banyak budayawan Jawa menegaskan bahwa weton lebih berfungsi sebagai peringatan, bukan penentu mutlak nasib manusia.
Dalam tradisi Jawa, jika pasangan tetap ingin menikah meski wetonnya dianggap kurang cocok, biasanya dilakukan ritual penyeimbang. Ritual ini dimaksudkan sebagai simbol doa dan ikhtiar agar kehidupan rumah tangga tetap harmonis.
Pandangan Budaya dan Agama
Dari sudut pandang budaya, weton adalah warisan kearifan lokal yang sarat makna simbolik. Ia mencerminkan cara leluhur Jawa membaca alam dan kehidupan melalui perhitungan filosofis.
Sementara itu, dalam ajaran agama, khususnya Islam, pernikahan tidak ditentukan oleh weton. Agama menekankan kesiapan mental, tanggung jawab, serta akhlak calon pasangan sebagai fondasi utama rumah tangga.
BACA JUGA:Tidak Mau Nikah Muda Bukan Berarti Trauma: Menantang Narasi Hidup Ideal ala Orang Tua
BACA JUGA:Mengapa Perempuan Cenderung Menghilang Perlahan setelah Menikah?
Relevansi Weton di Era Modern
Pada era modern, banyak pasangan muda memandang weton sebagai bagian dari tradisi, bukan aturan yang mengikat. Perhitungan weton sering dijadikan bahan diskusi keluarga, bukan satu-satunya dasar keputusan.
Namun demikian, bagi sebagian masyarakat, menghormati weton dianggap sebagai bentuk menghargai orang tua dan adat. Sikap ini menunjukkan bagaimana tradisi dan modernitas bisa berjalan berdampingan.
Menyikapi weton secara bijak berarti tidak menolaknya mentah-mentah, tetapi juga tidak menjadikannya sumber ketakutan. Tradisi ini sebaiknya dipahami sebagai warisan budaya, bukan ramalan pasti.
Dengan pemahaman yang seimbang, weton bisa menjadi sarana refleksi sebelum menikah.
BACA JUGA:Mengapa Banyak Anak Muda Masa Kini Menunda Menikah?
BACA JUGA:Tak Hanya Mepamit, Yuk Ketahui 11 Prosesi dan Makna Pernikahan Adat Bali
Bukan untuk membatasi, melainkan untuk mengingatkan pentingnya kesiapan lahir dan batin dalam membangun rumah tangga. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: diolah dari berbagai sumber