Gouw Yang Giok, pemilik Lina’s Batik, punya kepedulian tinggi terhadap seni budaya. Banyak hal dia kerjakan demi melestarikan motif-motif wastra warisan masa lampau. Salah satunya, dia berupaya merestorasi gaun Putri Ong Tien Nio, yang sudah berumur setengah milenium.
Series Jejak Naga Utara Jawa (49) : Upaya Restorasi Gaun Lima Abad
Minggu 02-04-2023,13:22 WIB
Editor : Retna Christa
’’MUNGKIN karena dulu saya sekolah Sastra Indonesia, ya. Jadi kalau sama budaya itu… gimana gitu. Sayang gitu, rasanya,’’ tutur Gouw Yang Giok, ketika ditanya mengapa dia sangat peduli terhadap budaya.
Giok dulu kuliah di Universitas Indonesia. Angkatan 1964. Lulus empat tahun kemudian. Lalu menekuni batik. Awalnya membantu adik dia, Gouw Jenny, yang lebih dulu meneruskan usaha ayah mereka. Eh, keterusan.
BACA JUGA : Paduan Megamendung dan 12 Lambang Shio
Giok bahkan membuat sebuah kafe budaya. Kalau kafe lain punya sajian live music, di kafe Giok, hiburannya berupa gamelan dan tari topeng. Kafe itu hanya buka saat weekend. Jumat, Sabtu, Minggu. Sebab, semua pegawainya adalah anak-anak siswa sekolah pariwisata.
’’Daripada mereka lari-larian, motor-motoran atau apa, lebih baik bantu-bantu di kafe. Kokinya dari mereka. Penari-penari dan pemain gamelannya juga dari anak jurusan karawitan,’’ tutur perempuan yang pada November 2023 genap berusia 80 tahun tersebut.
Budaya Cirebon pun menarik perhatian dia. Dia rajin mempelajari budaya tersebut. Hingga bolak-balik berkunjung ke keraton Kasepuhan. Yang jaraknya hanya sekitar satu kilometer dari rumah dia di Jalan Kanoman. Hanya sepuluh menit jalan kaki.
Saking besarnya passion Giok terhadap budaya Cirebon, Giok diminta membantu menata koleksi Museum Pusaka Keraton Kasepuhan. Museum itu merupakan inisiatif mendiang Sultan Arief Natadiningrat, ayah Sultan Sepuh Cirebon Luqman Zulkaedin. Dia ditugasi memindahkan koleksi dari peti penyimpanan, untuk dipajang di museum. Sekitar awal 2017.
Nah, salah satu yang menarik perhatian Giok adalah sebuah gaun yang sudah sangat tua. Semacam tunik berpotongan loose, dengan motif batik yang rumit. Warnanya dominan terakota dan sedikit hijau. Rupanya, itu adalah busana Putri Ong Tien Nio. Putri Tiongkok yang menjadi istri Sunan Gunung Jati.
Gaun Putri Ong Tien Nio di dalam Museum Keraton Kasepuhan Cirebon. Gaun ini akan direpro oleh Gouw Yang Giok.-Retna Christa-Harian Disway-
Kondisinya sudah sangat rapuh. Maklum, menurut cerita, Putri Ong Tien tiba di Cirebon pada abad ke-15. Jadi, gaun itu pun sudah berusia lebih dari 500 tahun. Setengah milenium! ’’Harus hati-hati banget megangnya,’’ kata Giok.
Dari situ, Giok berkeinginan untuk mereproduksi gaun tersebut. Gaun itu difoto, untuk dilihat detail motifnya. Dan itu sangat sulit. Selain desain batiknya njelimet, gambarnya juga sudah agak memudar.
’’Saya bawa tukang foto sendiri. Detail-detailnya saya ambil semua. Saya musti tahu. Ini tuh motif apa, bentuknya kayak apa, dititik-titik bagian mana. Jangan sampai salah,’’ tutur Giok.
Dia mengeluarkan sebuah map binder. Isinya adalah foto-foto gaun Putri Ong Tien. Motif-motif yang sudah dia temukan digambar di samping foto. Sebagai panduan proses repro nanti.
’’Saya harus tahu, isen-isen-nya bagaimana. Detailnya bagaimana. Kalaupun bunga, bentuknya gimana. Ornamen-ornamennya seperti apa. Mesti digimanain,’’ tutur ibu tiga anak tersebut.
Baju itu ada pasangannya. Yakni celana putih dengan tali karet di pinggang. Giok menduga, itu adalah baju sehari-hari Putri Ong Tien. Menurut dugaan dia juga, sang putri membatiknya sendiri. Sebab, modelnya sangat berbeda dengan busana-busana putri Tiongkok. Namun, motifnya enggak Nusantara banget.
Tidak ada megamendung di gaun itu. Kebanyakan motif-motif dari Tiongkok. Misalnya gambar lampion, kaki naga, hingga bentuk-bentuk menyerupai pedang. ’’Ini enggak ada di Cirebon,’’ kata Giok, sembari menelusuri foto-foto baju Putri Ong Tien.
Gouw Yang Giok menjelaskan rumitnya motif gaun Putri Ong Tien Nio.-Doan Widhiandono-Harian Disway-
Upaya restorasi itu terhalang oleh pandemi Covid-19. Giok bilang, baju tersebut dibuat dari sutra yang tak ada di Indonesia. Kalau repronya dibuat dengan sembarang sutra, bisa jadi hasilnya beda.
’’Ini kapan pandeminya selesai? Saya mau ke Tiongkok, nyari sutra yang kualitasnya mendekati baju aslinya,’’ kata Giok. Ketika tim Jejak Naga Utara Jawa berkunjung ke Cirebon, 16 Januari 2023, Tiongkok baru membuka perbatasan lebar-lebar. Sejak 8 Januari 2023, kita bisa memasuki negara itu tanpa karantina.
Kalau sudah dapat sutranya, berapa lama waktu yang dia butuhkan untuk merepro baju putri? ’’Waduh, enggak bisa janji. Soalnya motifnya rumit, lho. Enggak mudah,’’ tutur dia. ’’Semoga cepet bisa ke Tiongkok, deh,’’ imbuh Giok.
Ada nada tak sabar dalam suara dia. Bukan karena kepingin cepat-cepat pergi ke luar negeri. Tapi lebih karena excited merepro baju bersejarah. Sungguh semangat yang patut kita tiru. (*)
*) Tim Harian Disway: Doan Widhiandono, Retna Christa, Yulian Ibra, Tira Mada
SERI BERIKUTNYA: Bagasi Putri Ong Tien di Keraton Kasepuhan
Kategori :