SURABAYA, HARIAN DISWAY- Setelah penjurian on the spot diselesaikan empat tim juri, saatnya menentukan siapa yang menjadi babinsa yang ”ter” untuk setiap kategori. Selasa, 30 Mei 2023, tim juri pun menggelar sidang pleno di kantor Harian Disway.
Hadir ketua tim dan juri dari akademisi yang terlibat dalam penjurian lapangan. Sayangnya, Probo Darono Yakti tidak bisa hadir karena sedang ke Medan. Guruh Dimas Nugraha juga sedang mendapat tugas liputan di Bali. Keduanya ada di tim 1 wilayah Mataraman.
”Kami tetap mengikuti sidang pleno melalui Zoom,” terang Probo, Selasa, 30 Mei 2023.
Hal yang sama dikatakan Guruh, ketua juri tim 1. ”Tim 1 punya babinsa yang kami andalkan. Kami akan adu argumentasi dengan tim lain agar jagoan kami bisa menang,” ungkap Guruh.
Sementara itu, tiga juri akademisi lain, yaitu Yusuf Ernawan, Pudjio Santoso, , dan Gitadi Tegas Supramudyo, hadir. Mereka menemani ketua tim, yaitu Taufiqur Rahman, Michael Fredy Yacob, dan Pace Morris.
Pudjio berpasangan dengan Morris di tim 2, Yusuf berpasangan dengan Taufiq di tim 3, dan Gitadi berpasangan dengan Michael di tim 4. Mereka beradu argumen menjagokan babinsa masing-masing. Setiap tim memang mendatangi babinsa yang masuk 50 besar lomba Brawijaya Awards dengan jumlah yang hampir sama.
Tim 1 wilayah Mataraman menilai 12 babinsa di 7 kodim. Kodim Ngawi dengan satu babinsa, Kodim Magetan dengan dua babinsa, Kodim Ponorogo dan Kodim Pacitan masing-masing satu babinsa, Kodim Trenggalek dan Kodim Mojokerto masing-masing dua babinsa, dan Kodim Surabaya Selatan dengan tiga babinsa. Dibutuhkan waktu empat hari untuk menjelajahi tujuh kodim tersebut.
Tim juga harus mendatangi 12 babinsa yang masuk 50 besar. Mereka ada di lima kodim. Yakni, Kodim Malang-Batu dengan satu babinsa dan Kodim Blitar dengan dua babinsa. Mereka juga mendatangi Kodim Kediri, Kodim Tulungagung, dan Kodim Nganjuk yang masing-masing tiga babinsanya masuk 50 besar. Tim tersebut juga butuh empat hari untuk menyelesaikan misinya.
Sementara itu, tim 3 menilai 14 babinsa di wilayah tapal kuda. Sebanyak 14 babinsa tersebut berasal dari tujuh kodim. Yaitu, Kodim Pasuruan (2 babinsa), Kodim Probolinggo (1), Kodim Lumajang (2), Kodim Jember (3), Kodim Bondowoso (1), Kodim Situbondo (3), dan Kodim Banyuwangi (2). Tim itu mengalami kemoloran waktu penjurian. Dari empat hari yang direncanakan, molor menjadi sepekan. Tim tersebut juga mendapat jatah babinsa paling banyak untuk dinilai di lapangan.
”Medan antarlokasi desa/kelurahan binaan para babinsa finalis ini cukup ekstrem. Kami lebih sering ganti kendaraan atau mengurangi beban mobil saat tanjakan tajam,” terang Ketua Juri Tim 1 Taufiqur Rahman.
Di bagian lain, tim 4, wilayah pantura dan Madura, harus mendatangi tujuh kodim dari Tuban hingga Sumenep. Mereka harus menilai 12 babinsa yang masuk 50 besar finalis babinsa inspiratif Brawijaya Awards.
Di Tuban, mereka mendatangi satu babinsa. Di Bojonegoro, mereka mendatangi tiga babinsa. Di Lamongan, ada 1 babinsa yang harus mereka nilai. Sedangkan di Gresik, mereka harus menilai dua babinsa, di Driyorejo dan Kebomas.
Setelah itu, mereka menyeberang ke Madura dan mendatangi tiga wilayah kodim. Di Bangkalan, mereka menilai dua babinsa. Di Sampang, mereka menilai dua babinsa, dan di kabupaten paling timur Madura, Sumenep, mereka menilai satu babinsa.
Selasa malam, 30 Mei 2023, keempat tim membawa catatan penilaian atas pengabdian babinsa andalan mereka. Nyaris di semua kategori, empat tim beradu argumentasi mempertahankan jagoan masing-masing. Para tim beradu indikasi penilaian yang mereka gunakan. Yaitu, inovasi, dampak, intensitas, kontinuitas, dan orisinalitas.
Di setiap penentuan siapa yang menjadi bintara ”ter” di setiap kategori, tim yang menilai lima finalis itu beradu pendapat. Perdebatan tiap kategori bisa memakan waktu 30 menit. Padahal, ada 10 kategori yang harus disidangplenokan.