HARIAN DISWAY - Setelah hampir tiga tahun beroperasi, Direktorat Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan transportasi perkotaan di 10 kota.
Menurut Pakar Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno, setidaknya ada 6 hal yang menjadi catatan dalam pelaksanaan sistem transportasi bus skema buy the service (BTS) ini.
BACA JUGA:PAN: Siapapun Presidennya, yang Penting Erick Thohir Cawapresnya
Peningkatan Jumlah Penumpang
Jumlah penumpang yang tercatat lewat Program Teman Bus di 10 kota dengan skema buy the service (BTS) mengalami tren peningkatan.
“Adanya modal shifting dari pengguna kendaraan pribadi (roda 2 atau 4) untuk berpindah menggunakan BTS. Ada potensi peningkatan okupansi dan perbaikan kualitas layanan BTS,” kata Djoko.
Selain itu, ia menyebut bahwa sebanyak 62 persen penumpang beralih dari sepeda motor ke Bus BTS.
BACA JUGA:Demokrat Masih Yakin Anies Pilih AHY Tapi Khofifah Menguat
Perkembangan Infrastruktur
Pemerintah daerah di berbagai kota juga terus memperbaiki dan menambah infrastruktur utama dan pendukung.
Meskipun menurut Djoko saat ini infrastruktur pendukung BTS di daerah masih belum memadai, seperti akses trotoar dan halte. “Desain halte belum memberikan kemudahan untuk akses; dan rambu bus stop/penanda pemberhentian bus tidak terlihat/terpasang,” katanya.
BACA JUGA:Mantan Petugas ATM Bank Jatim Gasak Duit Rp 2,9 Miliar, Buat Trading Binomo hingga Beli Toyota Camry
Demand Masih Belum ter-Cover
Meskipun pelan-pelan mulai digemari masyarakat, rute BTS yang ada masih belum sesuai demand. Masih ada trayek BTS Teman Bus berhimpitan dengan trayek angkutan umum eksisting dan konflik dengan operator eksisting di beberapa kota/provinsi yang dilayani BTS masih terjadi.
“Pada kondisi jam puncak (peak hour) sebagian besar rencana headway dan on time performance tidak terpenuhi akibat kemacetan lalu lintas, sampai parkir di badan jalan,” jelas Djoko.