Dari Malang, kami melanjutkan perjalanan ke Blitar. Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Kalau berdasarkan GPS, dari Koramil Pakisaji menuju Desa Bendo kami butuh waktu 1 jam 45 menit. Saya harus segera sampai di Blitar.
Di kota tempat dimakamkannya proklamator Indonesia tersebut, ada dua titik sasaran kami di sana. Informasi yang saya dapat dari pak Kusdiarto, Pasiter Kodim Blitar, sasaran pertama kami berada di Desa Bendo. Itu masuk wilayah Kota Blitar. Sedangkan sasaran yang kedua, masuk wilayah Kabupaten Blitar.
Mendengar Kota dan Kabupaten, bayangan saya, antara sasaran pertama dan kedua pasti jauh. Tidak ada waktu lagi untuk berhenti ngopi. Saya harus sedikit ngebut. Takut kalau tim kami tidak bisa menyelesaikan misi hari pertama sesuai jadwal. Jadwal ini sudah diatur oleh ketua panitia.
Baru berjalan sekitar 30 menit dari Pakisaji, suasana mendadak hening. Mata saya tertuju ke kaca spion tengah. Terlihat pantulan wajah Elvina dan Alvin, yang duduk di baris kedua. Mata mereka sudah terpejam. Dua mahasiswa magang di Harian Disway ini memang terlihat lelah. Maklum, hari ini mereka harus bangun pagi. Saya meminta mereka untuk stanby di kantor, sebelum pukul 07.00.
Demikian dengan pak dosen Pudjio. Ia juga ikut tertidur. Sepertinya mereka bertiga begitu menikmati kenyamanan kabin Honda B-RV Prestige. Meskipun kami tim terakhir yang berangkat, tapi kami kebagian mobil yang terbaik. Honda B-RV dengan tipe tertinggi. Nopolnya juga istimewa S 7 AR. Mudah diingat dan yang jelas pajak nopolnya juga beda.
Jalur Malang ke Blitar dipadati oleh truk bermuatan. Jalannya juga tidak begitu lebar. Saya harus bersabar di belakang truk, menunggu kesempatan untuk mendahului. Situasi itu membuat saya jenuh. Mata saya pun mulai dijajah kantuk. Sesekali, saya terlelap sambil menyetir. Istilah medisnya, microsleep.
Situasi itu sangat berbahaya. Saya memutuskan untuk berhenti di pom bensin terdekat. Bukan untuk tidur, tapi menyiram kepala dan berolahraga kecil. Itu cukup membantu membuat tubuh kembali segar. Sekembalinya dari kamar mandi, ternyata ketiga rekan saya sudah bangun. Kami pun melanjutkan perjalanan.
Sekitar pukul 15.00 WIB, tim dua tiba desa Bendo. Kami langsung menuju Balai Desa Bendo. Serma Hajib sudah menunggu kami di sana. Serma Hajib langsung menyambut kami. Agendanya, babinsa Koramil 0808/01 Sukorejo ini, akan menyosialisasikan Metode kontrasepsi Operasi Pria (MOP) atau Vaksetomi.
Untuk mempersingkat waktu, kami bergegas menuju Aula Kelurahan Bendo. Saya dan Pak Pudjio duduk di meja depan. Kami didampingi pak Indra Purwanto,Camat Sukorejo, serta Danramil 0808/01 Sukorejo Kapten Inf Achiyak. Lurah Bendo Tri Yuni Shoimatul Hasanah juga tampak hadir di sana.
“Vasektomi adalah operasi memutus aliran sperma pada pria,” kata Hajib saat presentasi. Hajib sendiri mengaku telah lebih dulu mengikuti MOP. Sehingga ia lebih yakin untuk mengenalkan KB tersebut. Karena perjuangannya itu, BKKBN Provinsi Jatim mengapresiasinya. Hajib didapuk menjadi pemateri MOP. Mewakili Jawa Timur di tingkat Nasional.
Usai sosialisasi, kami berfoto bersama di depan Kantor Kelurahan Bendo. Kemudian kami berpamitan, dan langsung menuju ke Desa Kemloko. Tidak seperti dugaan saya sebelumnya, menuju Kemloko hanya butuh waktu 15 menit. Supaya kami tidak disesatkan oleh GPS, Danramil Sukorejo sampai rela mengantar kami menuju ke Balai Desa Kemloko.
Kami tiba di Kemloko sudah hampir maghrib. Saat turun dari mobil, perut saya sudah keroncongan. Kami tidak sempat makan. Rencananya, setelah dari Bendo saya akan mencari tempat makan. Ternyata pak Pudjio juga kelaparan. “Kalau tadi gak diantar Danramil, kita bisa berhenti makan dulu,” kata pak dosen ke Saya.
Rupanya percakapan kami didengar Tuhan. Serma Dharma Indarto Yogo langsung mengajak kami menuju tempat makan. “Ayo mas ikuti saya dari belakang ya, kita makan dulu. Setelah makan baru kita ke sini lagi. Nanti saya akan sosialisasi ke ibu-ibu di sini,” ujar Dharma.
Setelah perut kami yang tadinya keroncongan , terisi penuh, kami kembali ke Balai Desa Kemloko. Di sana sudah berkumpul ibu-ibu yang terlibat di Posyandu.