SURABAYA, HARIAN DISWAY- Surabaya Barat memang masih menjadi primadona pertumbuhan ekonomi. Terutama ditopang oleh apartemen dan pusat perbelanjaan. Tetapi, kepadatan lalu lintas masih menjadi penghambat.
Sebetulnya, Pemkot Surabaya sudah menyediakan solusi. Yakni dengan membangun Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB). Akses sepanjang 18 kilometer itu membentang dari Romokalisari, Pakal, Sememi, hingga Lakarsantri.
Tentu saja diidamkan sejak lama karena digadang bisa mengurai kemacetan. Sayang, proyek ini terkendala anggaran. Masih dialihkan ke pemerintah pusat.
Juga ada Radial Road sebagai penghubung JLLB dan Jalan Lingkar Dalam Barat (JLDB). Digadang bisa memecah kepadatan setiap waktu di Jalan Raya Lintar. Pembangunan proyek ini pun juga masih terkendala pembebasan lahan.
BACA JUGA:Tiga Profesor Hadir di Maulid Nabi di Balai Prajurit
Padahal, bila Radial Road sudah sudah diakses, pertumbuhan ekonomi diprediksi makin meningkat. Ini berdasarkan survei tim Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya.
"Karena volume kendaraan di Lontar sudah over capacity," Ketua Prodi Ilmu Ekonomi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya Aluisius Hery Pratono dalam keterangan resminya, Rabu, 27 September 2023.
Kepadatan Jalan Raya Lontar itu mengakibatkan pemborosan sekitar Rp 5 miliar per tahun. Kendaraan yang terjebak bisa makin boros pengeluaran untuk biaya operasional. Ongkos bahan bakar, pemakaian oli, ban, dan biaya suku cadang akan dipengaruhi perubahan kecepatan dan jarak tempuh kendaraan.
Pengendara mobil harus menanggung biaya dua kali lipat saat terjebak macet. Berdasarkan riset yang dilakukan Ubaya pada Agustus 2023, biaya operasional mobil yang terjebak macet di Lontar Rp 12.937 per kilometer, sedangkan ambang batas tarif taksi online di Jatim Rp 6.500 per kilometer.
BACA JUGA:Viral! Aksi Pembullyan Siswa SMP di Cilacap, Segini Ancaman Pidananya
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya Lilik Arijanto mengatakan, pembangunan satu jalur radial road kawasan Lontar sudah mulai dibangun awal Agustus. Proyek itu ditarget selesai Desember nanti.
Meski pembebasan sejumlah lahan milik warga dan pengembang belum sepenuhnya tuntas, pembangunan akan tetap dilanjutkan. Terutama untuk satu jalur yang tembus ke GWalk.
Ruas ini membentang dari Kantor Kelurahan Lontar mengarah ke barat hingga Masjid Baiturrozaq CitraLand atau bundaran GWalk. Lahan warga yang terdampak hanya 12 persil. Namun, baru empat di antaranya yang berhasil dibebaskan dan diberi ganti untung.