Pro-Israel

Rabu 29-11-2023,22:35 WIB
Reporter : Imron Mawardi*
Editor : Yusuf Ridho

BACA JUGA: Sumbang Palestina, Prabowo Rogoh Rp 5 Miliar dari Kantong Pribadi

Media cetak, misalnya. Semua media di Indonesia mengambil berita tentang konflik Israel-Palestina dari kantor-kantor berita asing pro-Israel. Yang utama ada tiga: kantor berita Inggris Reuters, kantor berita Prancis Agence France-Presse (AFP), dan kantor berita Amerika Serikat Associate Press. Kita tahu, tiga negara itu sangat pro-Israel dan berita-berita dari tiga kantor berita tersebut berpihak kepada Israel.

Karena berita bersumber dari kantor berita yang pro-Israel, secara tidak sadar, para pembaca lebih condong pro-Israel. Misalnya, penyebutan nama kota. Media selalu menyebut Kota Al-Khalili di Palestina dengan sebutan Hebron atau Al-Quds dengan sebutan Jerusalem. 

BACA JUGA: Anak - Anak Palestina Nikmati Jeda Gencatan Senjata dengan Bermain di Pantai

Begitu pula ketika memberitakan konflik Israel vs Palestina. Kita tidak pernah membaca sebutan warga Palestina sebagai warga terjajah dan Israel sebagai penjajah. Yang agak netral, media menyebut pejuang Palestina. Padahal, seperti kondisi Indonesia sebelum merdeka tahun 1945, kita menyebut Indonesia sedang dijajah Belanda, Inggris, atau Jepang. 

Perbedaan antara kantor berita asing dan kenyataan di Palestina itu saya lihat sendiri ketika meliput konflik Palestina vs Israel. Dulu, ketika ada gerakan intifadah di Palestina, warga hanya melempari tentara Israel yang berpatroli di kota-kota Tepi Barat dengan batu. Meski begitu, tentara Israel balas menembakinya dengan peluru tajam. Ratusan warga pun meninggal dunia. 

BACA JUGA: Anak-Anak Palestina di Gaza: Mama, Apakah Kami Akan Mati?

Tapi, berita yang muncul dari kantor berita asing sangat berbeda. Mereka memberitakan bahwa warga Palestina menyerang dan menembaki tentara Israel sehingga mereka membalasnya dengan tembakan pula. Seakan-akan mereka membela diri yang sepadan dengan serangan anak-anak Palestina.

Berita-berita dari kantor berita asing yang pro-Israel itulah yang kita konsumsi sehari-hari di Indonesia. Karena itu, secara tidak sadar banyak warga yang lama-lama membenarkan apa yang dilakukan Israel. Seakan Israel harus membela diri atau harus menumpas terorisme yang dialamatkan kepada Hamas yang menguasai Gaza.

BACA JUGA: Hamas Undang Elon Musk Kunjungi Gaza

Hal seperti itulah yang tampaknya memunculkan kelompok-kelompok pro-Israel. Seperti yang muncul di Bitung, Sulawesi Barat, dan bentrok dengan warga pro-Palestina di sana akhir pekan lalu. Mungkin, perspektif mereka makin terbentuk karena mereka mudah mengakses berita-berita dari luar yang juga sudah diopinikan pro terhadap Israel. 

Karena itu, semestinya warga mau menyaring sendiri berita-berita tentang Israel vs Palestina yang berseliweran di media mainstream maupun media sosial. Paling tidak, mengonfirmasi berita itu dengan media lain. Jika nonton CNN, sebaiknya kita mengonfirmasi dengan menonton Al-Jazeera yang lebih objektif.

BACA JUGA: Hamas Ingin Akhiri Perang di Gaza, Qatar Upayakan Gencatan Senjata Permanen

BACA JUGA: Israel Berniat Serang Gaza Lagi Setelah Gencatan Senjata, Netanyahu: Sampai Menang!

Begitu juga, jika membaca berita yang bersumber dari AFP, Reuters, atau AP, seyogianya kita juga membandingkannya dengan berita-berita dari kantor berita yang pro-Palestina. Atau, setidaknya dari kantor berita yang netral. (*)

*) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, pernah bertugas meliput di Palestina dan Israel. 

Kategori :