HARIAN DISWAY - Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan menyebut saat ini sejumlah masyarakat tidak percaya dengan proses demokrasi.
Pasalnya, kepercayaan masyarakat terhadap partai politik cenderung dinilai rendah.
Berbicara soal demokrasi, menurut Anies, minimal terdapat tiga faktor yang harus digaris bawahi.
Pertama, kebebasan berbicara. Kedua, oposisi yang bebas mengkritik untuk menjadi alarm demokrasi.
BACA JUGA:Anies Baswedan Janji Majukan Kampung hingga Kenalkan Bansos Plus di Pekanbaru, Apa Itu?
Selanjutnya, faktor ketiga adalah menciptakan proses pemilu dan pilpres yang transparan.
Pengamat Politik Arifki Chaniago menilai sebagai bargaining position dan memperkuat daya tawar narasi ‘perubahan’ di masyarakat itu sah-sah saja.
Namun, tetap harus selaras dengan sikap partai politik pengusung Anies sendiri. Yakni NasDem dan PKB.
“Mas Anies harus menyelaraskan narasi perubahan yang dimainkannya dengan sikap politik NasDem dan PKB. Jika NasDem dan PKB masih berada di pemerintahan berarti partai pengusung Anies setuju dengan keberlanjutan program Jokowi," tutur Arifki.
BACA JUGA:Anies: Kita Optimistis Indonesia Bisa Adil Makmur untuk Semua
Selain itu, kritik yang dilemparkan Anies terhadap demokrasi juga dinilai tidak relevan.
Di era kemajuan teknologi informasi, media sosial menjadi wadah paling mudah bagi masyarakat menyuarakan kebebasan berekspresi.
“Anies memainkan narasi demokrasi itu karena memang posisinya kontra dengan pemerintahan Jokowi. Tetapi, pendukung Ganjar atau Anies yang hari ini posisinya menjadi pengkritik pemerintah masih bebas saja menyatakan pendapatnya,” ungkap Arifki.
BACA JUGA:Anies Baswedan: Koruptor Harus Dimiskinkan!
Ia juga menambahkan, pernyataan Anies tidak sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan indeks demokrasi naik dalam 3 tahun terakhir.