IBARAT main catur, kini sudah memasuki endgame. Babak langkah-langkah akhir. Raja mulai bergerak. Ke kiri, ke kanan, mulai bermanuver.
Seperti itulah suasana panggung politik saat ini.
Raja yang bermanuver di papan catur bisa karena dua sebab. Pertama, bisa karena ingin ikut menentukan kemenangan. Kedua, bisa dalam posisi terdesak. Karena itu, ia harus bermanuver untuk menghidupkan peluang tidak kalah.
BACA JUGA: Pintu Pemakzulan Jokowi
BACA JUGA: Sapi Dewi Perssik dan Sapi Jokowi
Semua langkah Jokowi dalam satu minggu terakhir menjadi berita utama pilpres. Jokowi makin mempertegas posisi politiknya dalam meng-endorse dukungannya: paslon nomor 2.
Yang paling kontroversial ialah ayah cawapres Gibran Rakabuming Raka itu menyatakan presiden boleh berkampanye. Boleh juga memihak.
Itu ditegaskan di acara yang dihadiri capres nomor 2 yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Panglima TNI Jenderal Agus Subianto juga terlihat di belakang presiden.
BACA JUGA: Drakor Jokowi
BACA JUGA: Cawe-Cawe Presiden Jokowi di Pilpres 2024
”Presiden, selain pejabat publik, juga pejabat politik,” tegas Jokowi, mengungkapkan alasan mengapa dirinya boleh berpihak dalam capres.
”Undang-Undang No 7 Tahun 2017 jelas menyampaikan pasal 299 bahwa presiden dan wakil presiden mempunyai hak melaksanakan kampanye. Jelas,’’ kata Jokowi dalam keterangan Jumat, 26 Januari 2024.
Tentu saja komentar Jokowi itu seperti minyak menyiram api. Bikin pro-kontra. Pasangan capres nomor 1 dan 3 menuding Jokowi tidak menunjukkan sikap kenegarawanan. Seharusnya, presiden bersikap netral. Berdiri di atas semua calon.
BACA JUGA: Populisme ala Jokowi
BACA JUGA: Jokowi, Antara Relawan dan Parpol