Populisme ala Jokowi
Ilustrasi populisme Jokowi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
TAK bisa diragukan, Joko Widodo ialah pemimpin populer. Sejak menjadi wali kota Solo dua periode, kemudian menjadi gubernur DKI setengah periode, dan sekarang menjadi presiden hampir dua periode, Jokowi menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin yang populer.
Ia populer karena mencitrakan diri dekat dengan rakyat dan prorakyat. Citra paling menonjol dari Jokowi adalah kesederhanaan yang dicitrakan melalui penampilan yang diakuinya ”ndeso”.
Ia juga mencitrakan diri dekat dengan rakyat, antara lain, dengan aksi blusukan yang menjadi fenomena dalam sejarah politik Indonesia.
BACA JUGA:Tragedi Kemanusiaan di Gaza dan Hipokrisi Barat-Amerika Serikat
BACA JUGA:Yahudi Pesek
BACA JUGA:Jokowi Tambah Amunisi Politik
Popularitas Jokowi itu dalam istilah ilmu politik disebut sebagai populisme. Secara umum didefinisikan sebagai pemimpin yang mendapatkan dukungan luas dari rakyat berkat citranya sebagai pemimpin yang muncul dari bawah mewakili rakyat.
Jokowi ialah potret populisme yang sempurna. Ia lahir dari kalangan rakyat jelata, bukan elite politik, dan penampilannya sederhana, baik cara berpakaian maupun cara berbicara.
Populisme lekat dengan konotasi negatif. Seorang pemimpin populis selalu dikaitkan dengan tindakan yang tidak demokratis. Pemimpin populis menjadikan popularitasnya sebagai tameng untuk mendapatkan dukungan rakyat luas meskipun cara-cara yang dipakainya tidak demokratis.
BACA JUGA:Sapu Jagat ala Jokowi
BACA JUGA:PKI, Indonesia, dan Cile
Ada beberapa varian populisme. Ada populisme positif, ada pula populisme negatif. Jokowi lebih diasosiasikan dengan populisme positif terutama oleh pendukung dan pencintanya.
Secara teoretis, populisme diasosiasikan dengan otoritarianisme. Namun, Jokowi masuk kategori pengecualian. Beberapa tindakannya tidak demokratis, tapi popularitasnya masih bertahan.
Para pemimpin dunia yang masuk dalam kategori populis ialah Donald Trump dari Amerika Serikat (AS), Vladimir Putin di Rusia, Victor Orban dari Polandia, Recep Tayyip Erdogan di Turki, dan Joko Widodo di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: