Arti Pemilu 2024 bagi Papua: Menari dan Menyanyi Yamko Rambe Yamko

Kamis 08-02-2024,16:14 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

GENDERANG yang bertalu meramaikan pilpres 2024 kian kencang. Luapan jiwa-jiwa yang terpanggil menyelamatkan demokrasi kerap melanda perguruan tinggi. Kaum intelektual menjadi terjaga dan menggaungkan suara moralitasnya untuk membersamai rakyat. 

Kampus-kampus bangkit selaksa gelombang reformasi tahun 1998. Pada titik inilah para cendekia mengambil posisi dan menjaga rotasi agar alunan pilpres tidak semakin memekakkan telinga etika rakyat. Banyak yang terusik dan suasana serta suaranya semakin riuh.

BACA JUGA: Mengajak Capres-cawapres Meng-isramikraj-kan Kebijakan

Saya terhentak bukan karena itu. Melainkan karena menyimak peristiwa yang dianggap masih lirih dari Indonesia bagian Timur. Papua membacakan kisah yang telah diwartakan dan akan semakin terberitakan apabila tidak segera dirampungkan. 

Kelompok Separatis Teroris (KST) di Papua membuat ontran-ontran. KST berulah membakar puskesmas. Pihak aparatur yang tergabung dalam Satgas Damai Cartenz terlibat baku tembak. TNI dan Polri kian berat bebannya untuk menjaga kedamaian di tanah Papua.

Pekan-pekan lalu belum ada suara terang yang menghantarkan kesejukan di Papua. Kemarin dan hari-hari mendatang tertanam rasa was-was apabila negara lengah menjaga warganya.

KST sejurus waktu menimbulkan keresahan. Jangan-jangan KST juga menorehkan peran dirinya sebagai korban dari ketimpangan. Tapi itu biarlah menjadi bagian dari analisis ahli yang lainnya. KST dewasa ini telah membubungkan jerit kegemparan serta anarkisme di Papua. Pembakaran fasilitas kesehatan itu sungguh menyesakkan dada.

Amarah tumpah di Bumi Cendrawasih tanpa mampu dicegah oleh pemegang otoritas negara. Teriakan referendum yang terus menggema harus dibaca sebagai sapaan anak-anak yang terpinggirkan selama berdekade-dekade.

Yamko Rambe Yamko

Membincang Papua tidaklah lepas dari keadilan senapas Pasal 33 UUD 1945 yang teriris. Teritori Papua pun harus dijamin karena kedaulatan setiap jengkalnya sudah selesai secara demokratis dan tersepakati PBB pada 19 November 1969 sebagai bagian dari NKRI.

Membersamai Papua adalah keterpanggilan tanpa mendustainya sambil penuh hormat meriangkan sebuah “tarian nan nyanyian HAM”. Yamko Rambe Yamko:

Hee yamko rambe yamko aronawa kombe. Hee yamko rambe yamko aronawa kombe. Teemi nokibe kubano ko bombe ko yuma no bungo aweade.

Teemi nokibe kubano ko bombe ko yuma no bungo aweade hongke hongker hongke riro hongke jombe jombe riro hongke hongke hongke riro hongke jombe jombe riro.
Ada pertanyaan, Pemilu 2024 ini apa artinya bagi Papua? Ketiga capres-cawapres yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dinanti solusinya. --

Itulah lagu yang dapat dinikmati bukan hanya isinya serta nada maupun intonasi indahnya, tetapi jauh dari itu semua. Nyanyian itu adalah capaian perjalanan panjang dengan nada Do=D 4/4, bersemangat, merefleksikan jiwa-jiwa penuh gelora warga Papua.

Resapi dan gali sedalam-dalamnya maknanya, luaskan cakrawala gaungnya, tinggikan cuatan impiannya, panjangkan rute jelajahnya, akhirnya selami dengan totalitas sewaktu mendendangkannya.

Kategori :