Branding Bojo

Selasa 26-03-2024,22:05 WIB
Reporter : Arif Afandi
Editor : Yusuf Ridho

INI bukan soal bojo dalam bahasa Jawa yang artinya istri. Melainkan, Bojonegoro, salah satu kabupaten di ujung barat Jawa Timur yang berbatasan dengan Blora, Jawa Tengah.

Saya kemarin diundang ke kota itu. Untuk ngobrol tentang city branding. Bersama Pj. Bupati Bojonegoro Adriyanto. Bupati ”transisi” yang juga salah seorang direktur di Kementerian Keuangan RI yang ditugaskan di sana.

Ikut diundang menjadi pembicara Yusak Ansori, direktur salah satu industri perhotelan yang pernah menjadi direktur eksekutif Surabaya Tousism & Promotion Board (STPB). Ahli marketing yang dosen di UNUSA, Unair, dan ITS. 

BACA JUGA: Dilempari Batu, Pemuda Bojonegoro Jatuh dan Motor dan Meninggal

Moderatornya Direktur Utama PT ADS BUMD Bojonegoro Muhamad Kundori. Rupanya, BUMD yang mengurus bagi hasil minyak dan gas di Bojonegoro itu yang menjadi penyelenggara talk show kali ini. 

Pesertanya puluhan wartawan dari semua organisasi profesi wartawan yang ada di kota penghasil minyak dan gas itu.

Keren.

Bupati ”transisi” dan wartawan kumpul bareng bicara tentang kolaborasi pemerintah dengan media dalam membangun city branding Kabupaten Bojonegoro. Belakangan, amat jarang bupati yang peduli terhadap city branding kotanya. 

BACA JUGA: Di Madura dan Bojonegoro, Ekspedisi Perubahan Tampung Keluhan soal Pendidikan hingga Praktik Ordal

Masih terlalu banyak yang lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang berdampak elektoral. Apalagi, bagi bupati atau wali kota yang baru satu periode menjabat. Biasanya, prioritas programnya lebih bersifat populis ketimbang strategis.

City branding lebih sebagai program strategis. Itu adalah kegiatan yang tidak bisa langsung jadi. Perlu pemikiran mendalam dan konsisten dalam menjalankannya. Belum tentu bisa dirasakan dampaknya dalam waktu setahun sampai dua tahun.

Hanya sedikit kepala daerah yang jago tentang itu. Di antaranya, Joko Widodo saat menjadi wali kota Solo. Juga, Azwar Anas ketika menjadi bupati Banyuwangi. Mereka adalah kepala daerah rasa marketer. Pun, sukses mengangkat daerahnya lewat city branding dan turunannya.

BACA JUGA: Jelang Liga 3 PSSI Polisi Asesmen Stadion Bojonegoro

Saya pernah beruntung mendampingi Pak Bambang D.H. menjadi wakilnya di Surabaya. Lebih beruntung lagi karena diberi ruang untuk secara serius memikirkan city branding Kota Surabaya. Sekaligus menggarap sektor pariwisata di kota tersebut.

Ketika itu Surabaya masih lebih dikenal sebagai kota industri. Padahal, dilihat dari sumbangan terhadap PDB (product domestic bruto), sektor tersebut sudah jauh tergeser oleh perdagangan (trading) dan jasa (services). Persepsi itu jelas perlu diubah.

Kategori :