Perang Iran vs Israel dan Instabilitas Pasar Komoditas Dunia

Jumat 19-04-2024,10:24 WIB
Reporter : Tofan Mahdi*
Editor : Yusuf Ridho

Meski diwarnai aksi profit taking sehingga pelaku pasar mulai melepas cadangan emas mereka, lembaga keuangan terkemuka dunia Goldman Sachs, seperti dikutip Bloomberg dan Reuters, merilis harga futures untuk emas pada posisi USD 2.700 per troy ounce.

Analis komoditas global memprediksi fluktuasi harga emas akan sangat bergantung pada perkembangan situasi geopolitik di Teluk.

”Ketidakpastian geopolitik akan menjadi faktor yang mendorong kenaikan harga emas. Bahkan, jika eskalasi konflik berlanjut, harga emas bisa mencapai USD 2.500 per troy ounce,” kata Phillip Streible, chief market strategist Blue Line Futures, di Chicago, seperti dikutip Reuters.

BACA JUGA: PBB Komentari Serangan Iran ke Israel: Kawasan Timur Tengah Berpeluang di Ambang Kehancuran

Berbeda dengan emas, perdagangan minyak bumi relatif lebih stabil menyusul serangan Iran ke Israel. Harga minyak mentah Brent berada di level USD 90-an per barel. Meski demikian, para analis komoditas dunia memprediksi, harga minyak bisa menembus USD 100 per barel jika eskalasi konflik Iran vs Israel berlanjut.

”Serangan terhadap fasilitas produksi minyak di Iran akan mendorong harga minyak mentah Brent menyentuh USD 100 per barel. Dan, penutupan jalur distribusi minyak seperti Selat Hormuz akan mengerek harga hingga USD 120–130 per barel,” ujar President of Lipow Oil Associates Andy Lipow kepada CNBC.

BACA JUGA: Israel Klaim Jatuhkan 99 Persen Drone dan Rudal Iran: Serangan Berhasil Kami Patahkan!

PERANG BUKAN BERKAH

Bagaimana dengan harga komoditas minyak nabati seperti kanola, bunga matahari, soya, dan minyak sawit? Apakah Indonesia sebagai produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar dunia akan mendapatkan ”berkah” dari konflik Iran vs Israel?

Setiap perang adalah bencana dan tidak ada berkah apa pun yang dihasilkan dari sebuah konflik atau peperangan dalam sebuah negara atau wilayah. 

Meski harga komoditas minyak nabati berpotensi ikut terkerek naik akibat konflik Iran vs Israel, trade off yang harus dibayarkan negara produsen minyak nabati akan jauh lebih mahal daripada windfall profit yang diperoleh dari kenaikan harga komoditas.

BACA JUGA: Kedubes Iran di Jakarta Bicara Soal Serangan ke Israel: Ini Langkah Defensif

Berbeda dengan perang Rusia vs Ukraina, dalam konflik Iran vs Israel, pergerakan harga minyak nabati relatif stabil. Dua komoditas yang langsung terpengaruh akibat serangan Iran ke Israel hanya emas dan minyak mentah.  Komoditas-komoditas pangan tidak terpengaruh signifikan. 

Harga komoditas pangan yang mungkin naik akibat serangan Iran vs Israel adalah beras basmati yang merupakan salah satu komoditas utama India ke Iran. Kenaikan harga beras basmati dipicu kenaikan biaya distribusi akibat perang sehingga pengapalan barang melalui rute yang lebih panjang.

Sebagai produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar dunia, Indonesia tidak bisa menjadikan konflik Iran vs Israel sebagai ”berkah”. Sebaliknya, bisa menjadi sebuah bencana ekonomi global. Kenaikan harga minyak mentah akan menaikkan biaya impor minyak sehingga mendorong kenaikan harga-harga barang dan inflasi berpotensi tidak terkendali. 

BACA JUGA: Amerika Janji Bantu Israel, Biden: Kami Akan Jatuhkan Rudal dan Drone Iran

Kategori :