Kedua pembicara Temu Rencang 2024. Yakni, Fitriani Telaumbanua (kiri) dan Desrara Widyadhari Harnisna Rahmadhani (kanan).-Moch. Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Misalnya di Instagram, bisa mengunggah segala kegiatan positif di Story, Feeds, dan Highlights. Selain media sosial, LinkedIn merupakan tool yang bagus untuk personal branding.
Tampak di layar, Rara mencantumkan berderet-deret pengalamannya. “Aku pernah menjadi barista kecil-kecilan. Tapi, aku susun konsonan deskripsinya supaya lebih cantik,” kata Rara.
BACA JUGA: Kuatkan Personal Branding dan Jalan Catwalk
Rara menuliskan IPK dan judul tesisnya di sana. Menurutnya, buatlah LinkedIn like a pro karena sangat membantu di sektor pekerjaan.
“Lewat portofolio di LinkedIn bukan kalian yang mencari kerja. Tapi, kalianlah yang dicari se-Surabaya, Indonesia, bahkan internasional,” katanya.
Beralih dari dunia maya, penting pula mempertahankan citra positif itu di dunia nyata. Rara menekankan untuk provide best service kepada setiap orang yang dijumpai.
Pun, etika-etika penting seperti on time, well dressed, dan nice person. Lalu, usahakan untuk selalu aktif dalam suatu acara. “Kalau ada apa-apa, tanya aja. Sebab, keaktifan itu bisa menunjukkan siapa diri kita,” pesannya.
Rara mengingatkan supaya citra positif seseorang itu balance. “Jangan sampai di Instagram atau LinkedIn bagus. Tapi, di X malah mencaci maki. Kok nggak balance? Perusahaan akhirnya bisa menilai. Oh, personal branding ini fake atau pencitraan aja,” kata Rara.
Selaras dengan Rara, Fitriani Telaumbanua menekankan untuk bersikap proaktif dalam mendemonstrasikan personal branding.
BACA JUGA: Untag Surabaya Kritik Demokrasi Pemerintahan Jokowi: Tolak Politik Dinasti!
“Kita perlu respect, fokus, punya tujuan, punya kemauan belajar, dan berani membuat perubahan. Lama-kelamaan orang-orang akan tahu kita itu sosok yang seperti apa,” kata alumnus Untag 2016 itu.
Sebagai marketing supervisor PT Kencana Maju Bersama, perempuan yang dipanggil Rere itu memberikan beberapa studi kasus di perusahaan. Misalnya, ketika personal branding karyawan sudah bagus. Begitu pula dengan prestasinya.
Tapi, sayang tidak menjamin promosi. “Nah, ini bergantung pada budaya perusahaan,” kata Rere. Ada yang budayanya memberikan promosi lewat kinerja yang baik. Ada pula yang melihat dari sudut pandang lain. Seperti kemampuan untuk mengotomatisasi pekerjaan.
BACA JUGA: Pengenalan Toleransi Beragama, Warga Suku Tengger Berdialog dengan Mahasiswa PMM Untag Surabaya