Setelah berfoto dengan binturong, mereka menuju ke booth yang di dalamnya terdapat tiga ekor domba merino. "Kasih makan," ujar Farhan pada Michelle Tandyo, anak berusia 5 tahun. Dia memegang kacang panjang. Ketika disorongkan ke bibir domba-domba itu, seketika ketiga ekor itu langsung menyantapnya.
"Selena, sini, Selena," kata Farhan, memanggil seekor domba yang bergerak menjauh. "Lho, ada namanya ya, kak?," tanya Michelle. Farhan mengangguk.
"Yang paling jauh itu namanya Selena. Usianya 1 tahun lebih 8 bulan. Dua domba di dekat kamu ini namanya Prince dan Jacky. Prince usianya 2 tahun, Jacky 5 bulan," terangnya.
"Gimana mbedainnya? Mukanya sama semua," kata Michelle, polos. Semua yang mendengar pun tertawa. "Kalau orang biasa pasti susah. Tapi kalau zookeeper-nya sudah hapal, dong," kata Farhan.
Farhan menjelaskan bahwa jenis domba merion merupakan satwa yang bulunya kerap dimanfaatkan sebagai wol. "Pertumbuhan bulunya pun cepat. Jika dipotong, dua bulan ke depan sudah lebat lagi.
Cara merawatnya pun mudah. Cukup dimandikan setiap minggu dua kali dan diberi makan makanan bergizi," ujar pria 22 tahun itu. Rentang hidup domba merion dapat mencapai 10-12 tahun. Di depan ruang domba tersebut terdapat burung serak Jawa.
Spesies yang masih berkerabat dengan burung hantu. Burung itu biasa didapati di pesisir-pesisir Pulau Jawa. Berbeda dengan jenis burung hantu lain, serak Jawa gemar makan ikan.
"Serak Jawa ini banyak tersebar di lingkungan tambak. Pokoknya di lingkungan perairan. Tapi karena sering diburu orang, satwa ini sudah masuk apendik, atau satwa dilindungi," ungkap Pramuaji Bagus, juga zookeeper.
BACA JUGA: Hati-hati! Gaya Hidup ini Bisa Meningkatkan Risiko Diabetes
Saat hendak diusap oleh Bagus, serak Jawa itu menundukkan kepalanya, kemudian menelungkupkan badannya. Bulu-bulunya pun menelungkup. Kemudian ia bergeser ke kanan sembari menggeram. "Oh, ini tandanya Bibi (nama serak Jawa itu) enggak mau diusap," katanya.
Tapi ketika ada seorang pengunjung perempuan yang mengusap bulunya, Bibi antusias. Dia malah menyorongkan kepalanya. "Waduh, Bibi milih sing ayu-ayu tok (Bibi memilih untuk diusap oleh yang cantik saja, Red)," gurau pengunjung lain, lantas tertawa.
Selain dapat bermain dengan satwa, para keeper, juga Gatut, memberi wawasan tentang tiga rekomendasi perlakuan satwa yang dilakukan oleh BBKSDA. Yakni Rilis, Rehab, dan Captive. "Rilis, artinya satwa liar yang masih buas, akan dilepaskan di alam bebas," ungkap Gatut.
BACA JUGA: Tak Hanya Mepamit, Yuk Ketahui 11 Prosesi dan Makna Pernikahan Adat Bali
Sedangkan Rehab, jika menemukan satwa yang memiliki sifat setengah liar dan setengah jinak, maka satwa tersebut harus direhabilitasi. Atau mendapat perlakuan khusus.
Tetapi jika satwa tersebut jinak, maka akan dilakukan proses penangkaran. "Lembaga konservasi dan penangkaran punya kewajiban untuk melakukan hal-hal itu. Untuk menjaga kelangsungan hidup dan kelestarian satwa kita," ujar pria 44 tahun itu.