BACA JUGA: Maulana Abel Pratama, Wakil 2 Cak Surabaya 2024 dengan Visi Surabaya Lebih Baik
Tetapi, inner beauty yang disajikan dalam bentuk keterampilan dan eksplorasi seni budaya lokal maupun akulturasi. “Karena itu, salah satu tantangan peserta adalah bikin video yang mengangkat tema budaya akulturasi dan pojok kota," katanya.
"Mereka harus mengeksplorasi tempat ikonik di daerah tempat tinggal masing-masing. Sehingga, bisa dikenalkan ke masyarakat luas,” bebernya. Nantinya, pemenang ajang Miss Tionghoa Indonesia ini akan menjadi duta budaya.
Agar, mereka saling mengenal dan melengkapi atmosfer keberagaman kultur di Nusantara. Sementara itu, Clara Casandra, peserta dari Kepulauan Riau (Kepri) mengaku tidak menyangka bisa sampai di babak final.
BACA JUGA: Grand Final Cak dan Ning Surabaya 2024, Cak Maudah dan Ning Joana Jadi Juara
Dia sempat mengikuti seleksi di tingkat daerah. Diuji melalui daring. Setelah itu, diberikan penugasan untuk membuat video dan diupload di sosial media. “Setelah itu, dilihat seberapa banyak yang komentar dan like,” bebernya.
Perempuan berusia 10 tahun ini datang ke Surabaya ditemani sang ibu. Awalnya, ia melihat informasi itu dari sosial media. Setelah itu, dia langsung mendaftar kompetisi Miss Tionghoa Indonesia itu.
Founder Miss Tionghoa Indonesia Roy Mahieu menjelaskan bahwa Miss Tionghoa Indonesia digagas oleh Peraga Indonesia. Sebelumnya, Peraga Indonesia sukses dalam melaksanakan Top Model Indonesia. -Martinus Ika Raditya-HARIAN DISWAY
Setelah itu, barulah dirinya memberitahu kedua orang tuanya. Ternyata mereka setuju. Sama halnya dengan Lavenia Horas, finalis dari Sulawesi Selatan. Salah satu yang membuatnya lolos di ajang ini karena melihat portofolio yang dia berikan kepada panitia saat pendaftaran.
BACA JUGA: Cak Maudah Riski Wicaksono, Juara 1 Cak dan Ning Surabaya 2024 Dorong Peran Kreatif Anak Muda
Sama halnya dengan Clara, Lavenia juga mengupload video tentang daerahnya di Makassar. Selain menjadi finalis Miss Tionghoa Indonesia, dia bercerita bahwa dirinyi pernah menjadi finalis Icon Model Indonesia dan Putri Pendidikan Indonesia.
“Saya bersyukur bisa lolos. Saya satu-satunya finalis yang mewakili Sulawesi Selatan. Saya ke sini ditemani bapak saya,” bebernya. Sayang i dalam mengikuti Miss Tionghoa Indonesia ini Lavenia tidak mendapat support.
Baik dari pemerintah provinsi Sulawesi Selatan maupun pemerintah kota Makassar. “Ini murni swadaya pribadi. Hanya kampus saya Universitas Ciputra Makassar yang memberikan mensupport ke saya,” tegasnya. (Michael Fredy Yacob)