Stroke dan Serangan Jantung Masih Menjadi Penyakit Mematikan di Indonesia

Rabu 18-09-2024,08:00 WIB
Reporter : Rida Khumaida Nabila*)
Editor : Mohamad Nur Khotib

HARIAN DISWAY – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa stroke dan serangan jantung menjadi penyakit paling mematikan (katastropik) di Indonesia.

Dalam kurun waktu 1 tahun, setidaknya terdapat 300 ribu jiwa meninggal karena stroke. Serta 150 ribu jiwa meninggal karena penyakit jantung. 

Sebenarnya, kata Budi, survival probability (probabilitas bertahan hidup) pasien stroke dan jantung bisa sangat tinggi apabila bisa ditangani dalam 4,5 jam.

BACA JUGA:FK Unair Kenalkan Program Tele-EKG, Bantu Dokter di Jayapura untuk Pembacaan Rekam Jantung

BACA JUGA:RS Kemenkes Surabaya Layani Tiga Penyakit Mematikan, Biar Pasien Tak Lari ke Luar Negeri

"Jika lebih dari itu, survival probability-nya akan semakin kecil," jelasnya dalam keterangan resmi dikutip Rabu, 18 September 2024.


Stroke Jadi Peringkat Kedua Penyebab Kematian di Dunia, Penanganan Stroke Kurang Waktu 60 Menit -Disway/Ayu Novita-

Budi menegaskan bahwa penanganan paling aman untuk intervensi dua penyakit mematikan itu bisa dengan menggunakan alat Cath Lab.

Masalahnya, ketersediaan Cath Lab di setiap daerah sangat terbatas. “Yaudah kalau gitu pasang di semua kabupaten kota, berapa yang belum punya Cath Lab,” pintanya.

Budi bercerita bahwa kala itu, ia mengaku terkejut ketika mengetahui masih terdapat enam provinsi yang belum memiliki Cath Lab.

Budi bertanya-tanya bagaimana pasien bisa selamat jika harus menempuh jarak jauh dan memakan waktu lama untuk ke rumah sakit.

BACA JUGA:Jokowi Puji Fasilitas RS Kemenkes Surabaya seperti Hotel Bintang 5

BACA JUGA:Cara Cegah Stroke dan Penyakit Jantung dengan Minyak Zaitun

Padahal, ideal waktu penanganan hanya 4,5 jam. “Waktu saya masuk (jadi menteri, Red) itu cuman 77, sekarang naik 240, udah banyak. Masih kurang, tapi saya udah dapat dapat pinjaman sampai 2027 lengkap,” jelas Budi.

Tetapi, masalah masih saja muncul. Yakni keterbatasan SDM untuk mengoperasikan Cath Lab. “Yang menarik begitu alatnya 240 udah masuk itu tadi, nggak ada dokternya,” 

Kategori :