OPTIMISME pendapatan pemerintah pada 2025 yang mencapai Rp 3.005,1 triliun menghadapi tantangan cukup serius. Kelas menengah yang selama ini menjadi kontributor terbesar pajak terus menunjukkan penurunan. Dalam lima tahun ini, jumlah kelas menengah 9,48 juta orang. Dari 57,33 juta orang tahun 2019, tahun 2024 ini tinggal 47,85 juta.
Penurunan jumlah kelas menengah itu bisa mengancam pendapatan pemerintah. Sebab, laporan LPEM FEB UI, Indonesia Economic Outlook 2024 for Q3 2024, menyebutkan bahwa kelas menengah memegang peran sangat penting bagi penerimaan pemerintah. Kontribusinya terhadap perolehan pajak mencapai 50,7 persen. Jauh di atas calon kelas menengah yang menyumbang 34,5 persen.
Selain sangat memengaruhi pendapatan pemerintah, penurunan kelas menengah yang signifikan bakal mengganggu perekonomian. Sebab, kelas menengah dan menuju kelas menengah merupakan bantalan penting perekonomian. Sebab, jumlah mereka mencakup 66,6 persen total penduduk.
BACA JUGA: Senja Kala Kelas Menengah, Alarm Kontraksi Ekonomi Global
BACA JUGA: Jumlah Kelas Menengah Anjlok, Indonesia Krisis Pekerjaan Layak
Konsumsi pengeluarannya mencakup 81,49 persen dari total konsumsi masyarakat. Padahal, perekonomian kita sangat bergantung pada konsumsi. Kontribusi konsumsi masyarakat terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 53,49 persen.
Kriteria kelas menengah (middle class) adalah penduduk yang pengeluarannya 3,5–17 kali garis kemiskinan. Dengan garis kemiskinan Maret 2024 Rp 582.932 per orang per bulan, pengeluaran kelas menengah itu Rp 2.040.262–Rp 9.909.844 per kapita per bulan. Sementara itu, kriteria menuju kelas menengah (aspiring middle class) memiliki pengeluaran 1,5–3,3 kali garis kemiskinan atau sekitar Rp 874.398–Rp 2.040.262 per kapita per bulan.
Pada 2019, proporsi kelas menengah mencapai 21,45 persen dari total penduduk. Namun, pada 2024, angka itu turun menjadi 17,13 persen, menunjukkan penurunan 4,32 persen. Secara absolut, jumlah kelas menengah dalam lima tahun ini turun 9,48 juta orang atau sebesar 16,5 persen.
BACA JUGA: Pemerintah Berjanji Prioritaskan Kelas Menengah Untuk Cegah Perlambatan Ekonomi
BACA JUGA: Bikin Heran! Konsumsi Air Galon Ternyata Turut Menggerus Pendapatan Kelas Menengah Indonesia
Penurunan jumlah dan proporsi penduduk kelas menengah sebenarnya telah tampak pada 2021. Saat itu proporsi kelas menengah turun dari 21,45 persen ke 19,82 persen, sedangkan jumlahnya menurun dari 57,33 juta ke 53,83 juta orang.
Data BPS menunjukkan bahwa proporsi dan jumlah kelas menengah dari tahun 2019 hingga 2024 konstan menurun setiap tahun. Di sisi lain, angka dan proporsi kelompok rentan miskin justru selalu naik, sedangkan angka dan proporsi kelompok menuju kelas menengah cenderung fluktuatif tetapi menunjukkan kenaikan pada 2024 jika dibandingkan dengan 2019.
Penurunan kelas menengah itu harus diwaspadai. Sebab, hampir 10 juta kelas menengah itu hilang karena turun kelas. Masuk kategori menuju kelas menengah. Sebab, menurut data BPS, pengeluaran kebanyakan kelas menengah hanya Rp 2.056.494.
BACA JUGA: Kelas Menengah Indonesia Semakin Tertekan! Biaya Hidup Tinggi, Air Saja Harus Beli
BACA JUGA: 9,48 Juta Kelas Menengah Rentan Turun ‘Kasta’, Banyak dari Gen X dan Milenial