Krisis Lebanon: Mengapa Tentara Tak Diterjunkan dalam Pertarungan dengan Israel dan Hizbullah?

Minggu 29-09-2024,15:33 WIB
Reporter : Syahida Rizky*
Editor : Mohamad Nur Khotib

HARIAN DISWAY-Israel terus melancakan serangan kepada kelompok Hizbullah sejak Senin, 23 September 2024. Pertempuran terjadi antara Israel dan kelompok bersenjata di Lebanon itu.

Israel menyerang Hizbullah  di Lebanon dengan beberapa cara, seperti menembakkan roket dan meretas serta meledakkan alat komunikasi pager.

Namun hingga kini, militer Lebanon tidak kunjung menurunkan tentara untuk melakukan serangan balasan kepada Israel walau wilayahnya terus dibombardir selama sepekan terakhir.

BACA JUGA:Hassan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah Dibunuh Israel di Lebanon

BACA JUGA:Hizbullah Balas Kematian Hassan Nasrallah, Luncurkan Rudal ke Yerusalem

Ketidakhadiran militer Lebanon telah menimbulkan pertanyaan tentang kapasitas lembaga negara untuk menghadapi konflik besar.

Ketika konflik antara Israel dan Hizbullah di Lebanon terus bergerak menuju perang, mengapa tentara Lebanon tidak terlihat?

Mungkin, peran dan  posisinya dalam konflik jauh lebih rumit.

Profesor Universitas St Joseph di Beirut Khalil Helou, memberi penjelasan mengapa militer Lebanon tidak langsung menyerang israel di tengah serangan terhadap Hizbullah.

BACA JUGA:Buntut Ledakan Pager-Walkie Talkie, Turkiye Tuduh Israel ingin Serang Lebanon setelah Gaza

BACA JUGA: Kemlu Minta WNI Tak Berkunjung ke Israel, Iran, dan Lebanon

Berikut penjelasannya:

Faktor kepemimpinan di Lebanon

Ia mengatakan, kepemimpinan di Lebanon memiliki beberapa isu penting yang perlu dipertimbangkan dan semuanya mempunyai konsensus yang serius.

Menurutnya, militer Lebanon tidak bekerja seperti di negara-negara barat. Terjadi perpecahan di militer Lebanon yang menyebabkan prajurit berjalan sendiri-sendiri.

“Sekarang, siapapun yang memimpin tentara, siapapun yang menjadi panglima tertinggi tentara, mereka harus mengambil keputusan yang menurut mereka cocok,” ujar Helou dikutip dari Euronews, Minggu, 29 September 2024.

Resolusi PBB

Anda sudah tahu, Lebanon dan Lembah Bekka kini memang jadi pusat pertempuran. Namun, seharusnya wilayah ini berada di bawah naungan hukum Resolusi dewan Keamanan PBB nomor 1701 sesuai perjanjian damai 2006.

BACA JUGA:Netanyahu Klaim Israel 'Menang' di Sidang Umum PBB

BACA JUGA:Peserta Sidang Majelis Umum PBB Ramai-Ramai Walkout Saat Pidato PM Israel Benjamin Netanyahu

Resolusi itu sebenarnya berlaku setelah penarikan Pasukan Pertahanan israel (IDF). Hizbullah juga seharusnya menarik kelompok bersenjatanya keluar dari Lebanon Selatan.

Terutama, sistem misilnya yang mampu menargetkan Israel meski kelompok itu tidak mematuhi komitmen tersebut hingga kini.

Ancaman perang saudara

Helou menerangkan, Hizbullah secara resmi merupakan kekuatan politik Lebanon yang sah dan konstitusional. Sebagian besar terdiri dari Muslim Syiah Lebanon.

Ketika Hizbullah mengambil inisiatif untuk menyerang Israel, dirinya menyebut kekuatan politik dan tentara Lebanon lainnya akan lumpuh total.

Ia mengatakan menentang Hizbullah akan diartikan sebagai perang saudara. “Menghadapi Hizbullah adalahresep langsung dan otomatis untuk perang saudara,” ujar Helou.

BACA JUGA:Pasukan Israel Serbu Kantor Al Jazeera di Tepi Barat, Keluarkan Perintah Penutupan 45 Hari

BACA JUGA:Ratusan Ledakan Pager di Lebanon: 9 Tewas, Ribuan Terluka, Hizbullah Tuding Israel Sebagai Dalang

Selain alasan itu, militer Lebanon juga menghadapi kesulitan jika melawan Israel karena persenjataan mereka yang kurang memadai.

Berbeda dengan Hizbullah yang memiliki persenjataan balistik yang kuat dan bisa melancarkan serangan menggunakan unit gerilya sebagai infanteri.

Militer Lebanon memiliki tugas lain

Lebanon sebenarnya mendapat bantuan dari uni eropa untuk memperkuat persenjataannya. Namun, bantuan dari Uni Eropa tidak serta merta bisa mendorong militer Lebanon untuk bertindak.


Israel bombardir Lebanon Selatan pada Sabtu malam 21 September 2024 dengan mengerahkan beberapa pesawat tempurnya.-tangkapan layar X@GlobeEyeNews-

Fadil Ajali selaku duta besar Lebanon untuk Uni Eropa mengatakan bahwa militer negaranya terlalu banyak bekerja karena harus berurusan dengan urusan keamanan dalam negeri, seperti mencoba mengendalikan arus migran ke Uni Eropa.

Militer Lebanon juga berusaha memberikan kaamanan bagi para pengungsi, baik yang berasal dari Palestina maupun Suriah.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, peserta MBKM Harian Disway

Kategori :