OKTOBER adalah bulan peringatan kesehatan mental. World Mental Health Day diperingati setiap 10 Oktober. Pengingat kepada kita untuk memberikan ruang perhatian pada kesehatan mental kita. Maka, dalam suhu tinggi dan panas terik di Surabaya, mari kita waspada terhadap kondisi emosi dan psikologis diri sendiri dan lingkungan terdekat.
Dua pekan terakhir kita merasakan udara yang sangat panas di Surabaya dan sekitarnya. BMKG mencatat suhu rata-rata berada pada rentang 30 hingga 35 derajat Cesius saat siang dan kelembapan 33 persen hingga di atas 60 persen. Sementara di beberapa kota lain dilaporkan awan tebal dan hujan deras, Surabaya mengalami hanya beberapa kali di beberapa tempat secara tidak merata.
Fenomena suhu tinggi di seputar pertengahan September hingga Oktober merupakan keadaan rutin yang dialami masyarakat di Surabaya. Pada bulan tersebut, pergeseran matahari mengakibatkan posisinya berada tepat di atas khatulistiwa dan kota-kota di pesisir utara Jawa merasakan dampaknya pada peningkatan suhu, tak terkecuali Surabaya.
BACA JUGA: Begini Cara Mudah Cegah Bau Badan Saat Cuaca Panas
BACA JUGA: 6 Tips Atasi Overheating HP Saat Cuaca Panas
Tingginya temperatur dan perubahan cuaca dari kemarau ke musim hujan menyebabkan berbagai keluhan kesehatan seperti pusing karena dehidrasi, batuk lantaran ISPA, dan kelelahan.
Di samping pengaruhnya pada kesehatan fisik, perubahan iklim dan cuaca dipercaya juga memengaruhi kesehatan mental manusia. Benarkah dan bagaimana hal itu terjadi?
Biasanya perubahan iklim dikaitkan dengan kesehatan mental pada situasi-situasi ekstrem seperti dampak bencana alam. Banyak laporan umum maupun ilmiah yang menyebutkan kasus-kasus kesehatan mental serius pada situasi bencana itu. Misalnya, trauma dan PTSD, depresi, dan kecemasan.
BACA JUGA: 6 Tip Menenangkan Kulit Iritasi Akibat Cuaca Panas
BACA JUGA: BMKG Ungkap Misteri Cuaca Panas dan Apa yang Terjadi di Indonesia
Juga, telah banyak upaya baru yang dilakukan dan dikembangkan para ahli untuk mengatasi dampak psikologis pada situasi tersebut. Dukungan psikosoial pascabencana dan psikologi bencana menjadi kajian yang berkembang pesat.
Penanganan dampak psikologis terhadap bencana juga telah menjadi bagian dari prosedur mitigasi bencana. Namun, perubahan iklim secara perlahan dan berangsur masih belum berkembang luas.
Seorang pemuda yang beberapa tahun terakhir tinggal untuk belajar di Eropa bercerita bahwa ia tidak tahan dengan musim panas di sana. Walaupun berasal dari negara khatulistiwa, ia dapat menyesuaikan diri dengan dinginnya musim salju, tetapi justru tidak sanggup menghadapi cuaca panas.
BACA JUGA: Waspada, Cuaca Panas Tingkatkan Penyakit Tipes, Vaksinasi dan Jaminan Air Bersih Jadi Sangat Penting
BACA JUGA: Takut Kulit Bermasalah karena Cuaca Panas Ektrem? Ini 4 Cara Menghindarinya