BACA JUGA:Bertambah 2 Orang, Tersangka Kasus Judol Komdigi Kini Jadi 16 Orang
Ditanya tentang tersangka Adhi Kismanto, Budi menjawab: ”Saya putuskan untuk AK diterima (masuk Kemenkominfo) karena yang bersangkutan mengeklaim punya skill IT mumpuni.”
Tapi, Adhi Kismanto kan tidak lulus tes masuk?
”Dalam dunia IT, sudah umum bahwa ijazah terkadang bukan menjadi hal yang utama. Yang penting ia ahli.”
Di situ tampak bahwa masuknya Adhi ke Kemenkominfo atas sepengetahuan Menkominfo Budi. Kemudian, Adhi jadi kepala tim pemblokir situs judi online yang kemudian diduga terima sogokan Rp 8,5 juta per bulan rutin bertahun-tahun dari 1.000 situs judi online yang seharusnya diblokir.
BACA JUGA:Pegawai Komdigi Yang Kelola Situs Judol Dapat Untung Rp8,5 Juta Per Situs
Padahal, Presiden Prabowo pekan lalu menegaskan kepada jajarannya agar memberantas korupsi dan judi online. Sebab, judol terbukti menyengsarakan rakyat. Orang miskin jadi tambah miskin, bahkan konflik dalam keluarga, gegara berjudi.
Semua tahu, judi memiskinkan orang. Para bandar judi diduga memanipulasi para pejudi. Namun, kenyataannya jumlah pejudi terus bertambah. Perputaran uang judol, berdasar catatan PPATK, pada 2024 tercatat Rp 283 triliun. Itu naik jauh jika dibandingkan dengan tahun lalu. Mengapa bisa begitu?
Dikutip dari BBC, 22 Juli 2016, berjudul Why gamblers get high even when they lose, diungkapkan, orang berpikir bahwa perjudian hanya tentang menang. Namun, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tidak sesederhana itu. Mengapa para pejudi, bahkan yang kalah, terus-menerus mabuk judi?
Diulas, memang tidak ada orang yang suka kalah. Bahkan, untuk pejudi patologis (pecandu judi) sekalipun. Namun, mereka tetap bertaruh. Jika bandar selalu menang, mengapa para pejudi tetap saja berjudi lagi?
Orang yang kecanduan judi sering melaporkan, meski kalah terus-menerus, keseruannya terus membawa mereka kembali ke meja judi atau mesin slot di judol.
”Saya ingin berjudi sepanjang waktu,” kata mantan pecandu mengenang kepada Scientific American pada 2013. ”Saya menyukainya. Saya menyukai sensasi yang saya rasakan.”
Dan, baru-baru ini, seorang eksekutif Wall Street mengaku telah menipu keluarga, teman, dan orang lain sebesar USD 100 juta untuk memenuhi kebiasaannya berjudi. ”Itu cara saya untuk mendapatkan uang guna memenuhi kecanduan judi,” ungkapnya kepada pengadilan.
Hasil riset menunjukkan, orang berjudi tidak hanya karena ingin menang. Mark Griffiths, psikolog di Universitas Nottingham Trent yang mengkhususkan diri dalam ilmu perilaku kecanduan, menyatakan bahwa para pejudi memiliki berbagai motivasi untuk kebiasaan mereka.
Mark Griffiths: ”Bahkan, ketika kalah saat berjudi, tubuh Anda masih memproduksi adrenalin dan endorfin. Senang luar biasa.”