Saat ini, Riani mempekerjakan delapan karyawan dan memproduksi sekitar 250 kilogram tahu per hari. Jumlahnya bisa lebih atau kurang, bergantung pada permintaan konsumen. Devi Yerina, salah seorang member Jajan GoFood, tampak antusias dengan kunjungan itu.
BACA JUGA:Gojek Punya Layanan GoPay Pinjam dengan Limit Mencapai Rp 15 Juta, Yuk Pelajari Cara Mengaktifkannya
"Tahu ini makanan khas Nusantara yang harganya murah. Pun, disukai semua kalangan. Acara ini dapat membantu kami memahami sejarah tahu di Surabaya, sekaligus dapat tahu proses pembuatan tahu," ungkapnya.
"Tidak hanya itu, nanti kami sediakan tahu sutra untuk Anda semua. Itu produk baru UD Sumber Kencana. Tapi masih dipasarkan secara terbatas," sahut Riani, kemudian tersenyum. "Wah, boleh, tuh," jawab member lainnya, serempak.
Selagi menunggu tahu sutra, Riani, Ipung, dan Armyn mengajak para member komunitas Jajan GoFood untuk berbincang-bincang. Riani menceritakan eksistensi pabrik itu saat pandemi. Kala itu dia hanya bisa memproduksi tahu sebanyak tiga kali masak dalam sehari. Jauh berkurang dibandingkan sebelum pandemi.
Member komunitas Jajan GoFood berfoto bersama dalam kunjungan mereka ke UD Sumber Kencana, pabrik tahu tertua di Surabaya.-Ariko Pinkan-HARIAN DISWAY
“Kalau sekarang kami memasak tahu 15 sampai 20 kali masak tiap hari. Kalau waktu pandemi, cuma 3 kali masak. Buat karyawan, buat listrik, buat bahan bakar, nggak nututi (tidak mencukupi, Red)," kata perempuan 57 tahun itu.
Meski omzet menurun tajam, Riani tidak menyerah. Baginya, yang paling penting adalah memastikan karyawan tetap bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan. Upayanya itu berhasil meski terseok-seok. Tapi kini, omsetnya sudah stabil.
Selain itu, ampas kedelai dari hasil pembuatan tahu tidak disia-siakan begitu saja. Ampas tersebut digunakan untuk pakan ternak. Seperti sapi, kambing, dan ulat. Bahkan juga diproses menjadi olahan tempe menjes.
BACA JUGA:3.000 Anak Mitra Driver Berhasil Lulus Program GoEnglish Hasil Kerja Sama Gojek dan Gramedia Academy
Ipung menjelaskan tentang keberadaan tahu sebagai makanan khas Nusantara, termasuk Surabaya. "Dalam sejarah, tahu adalah sumber pangan alternatif. Untuk mengganti daging yang harganya mahal. Masyarakat kecil bisa menjangkau," ungkapnya.
Tak lama, tahu sutra datang. Satu per satu member Jajan GoFood mencicipi tahu itu. Rasanya gurih, lumer, dan aroma kedelainya begitu terasa. Food vlogger Cipto Basuki, yang juga member Jajan GoFood, mencicipi sepotong tahu. Ia kemudian merekam aktivitas makan bersama itu dengan smartphone.
Setelah itu, ia mengambil beberapa tahu dengan genggaman tangannya. "Langsung ambil sepuluh," katanya, kemudian tertawa. Tak hanya Basuki, semua member Jajan GoFood sangat menikmatinya. (*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, Universitas Airlangga.