Lawatan Tim FISIP Universitas Airlangga ke Jepang (1): Menjajaki Kerja Sama dengan PT di Jepang

Minggu 08-12-2024,18:44 WIB
Oleh: Rizky S. Putri-Bagong Suyanto*

DI penghujung tahun 2024, tim FISIP Universitas Airlangga berangkat ke Jepang. Lawatan ke negara di Asia Timur itu dilakukan untuk membuka jaringan baru mitra FISIP dalam kegiatan pembelajaran, penelitian, dan kegiatan tridarma lain. 

Setelah lawatan dan pengembangan kerja sama dengan sejumlah universitas di Australia, Taiwan, Malaysia, Estonia, dan lain-lain telah berjalan dengan baik, di tahun 2025 nanti kami berharap dapat dikembangkan kerja sama di sejumlah kampus di Jepang.

Selama lima hari di Jepang, kami berencana berkunjung ke Kyoto, Sapporo, dan Tokyo. Di Sapporo, tim FISIP Universitas Airlangga akan berkunjung ke Hokkaido University dan bertemu Prof Naomi Chi. 

BACA JUGA:Lawatan FISIP Universitas Airlangga ke Melbourne (1): Pengembangan Kerja Sama dengan Charles Sturt University

Di Kyoto, kami akan berkunjung ke Kyoto University, khususnya akan menghadiri rapat dengan Center for Southeast Asian Studies Kyoto. 

Selama di Tokyo, selain bertemu dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaaan Republik Indonesia di Jepang Prof Amzul Rifin di KBRI, Tokyo, kami berkunjung ke perpustakaan yang ada di Tokyo.

ANCAMAN YANG DIHADAPI

Tokyo menjadi tempat tim FISIP Universitas Airlangga menginap. Tokyo adalah ibu kota Jepang yang dijuluki kota metropolitan terpadat di dunia dengan jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahun. Meski, dalam tiga-lima tahun terakhir, populasi Tokyo dilaporkan terus mengalami penurunan. 

BACA JUGA:Lawatan FISIP Universitas Airlangga ke Melbourne (2): Simposium Membahas Dinamika Indonesia

Walau demikian, populasi penduduk di wilayah kota metropolitan Tokyo saat ini masih sangat besar, yakni 37.115.000 jiwa atau sekitar 11 persen dari total populasi penduduk Jepang. Itu masih belum ditambah dengan jumlah pendatang yang mencapai 3,5 juta jiwa di tahun 2024.

Jalan-jalan di seputar Kota Tokyo, kesan pertama yang muncul niscaya adalah keteraturan dan kebersihan. Meski layaknya kota metropolitan di negara maju, ketersediaan dan fasilitas transportasi publik di Tokyo sangatlah berkembang dan bisa diandalkan. 

Bagi penduduk yang ingin bepergian ke luar kota Tokyo, keberadaan kereta api supercepat Shinkansen sangat bisa diandalkan. Sedangkan untuk rute dalam kota, bus, kereta api bawah tanah, dan taksi sangat mudah untuk diakses. 

BACA JUGA:Lawatan FISIP Universitas Airlangga ke Melbourne (3-Habis): Membangun Kultur Akademik di Perguruan Tinggi

Meski tarif transportasi publik cukup mahal, ketesediaan dan kenyamanannya sangat bisa diandalkan.

Seperti yang terjadi di Jepang pada umumnya, di Tokyo salah satu masalah yang dihadapi adalah ancaman penurunan jumlah penduduk. Itu menjadi masalah serius bagi Tokyo. Sebab, saat ini mereka tengah menghadap ancaman kekurangan tenaga kerja di tengah masyarakat yang menua dan angka kelahiran yang terus menurun.

Kategori :