3. The Sacred Snake
Bagian The Sacred Snake dalam The Snake with a Thousand Faces menangkap berbagai aspek manusia dalam menyembah ular sebagai makhluk suci melalui ukiran pada alat yang digunakan dukun dalam ritual atau pada benda-beda seperti topeng dan kerajinan. --NFM
Bagian ini menangkap berbagai aspek manusia dalam menyembah ular sebagai makhluk suci melalui ukiran pada alat yang digunakan dukun dalam ritual atau pada benda-beda seperti topeng dan kerajinan untuk berdoa memohon kelimpahan.
Ular tidak hanya ditakuti tetapi juga dianggap suci. Melihat ular bergerak di antara tanah dan bawah tanah, orang-orang percaya bahwa mereka adalah makhluk misterius yang mampu melakukan perjalanan antara dunia ini dan akhirat.
BACA JUGA: Sambut Tahun Ular, 7 Merek Dunia Ini Keluarkan Koleksi Baru
Manusia menciptakan peralatan yang menyerupai ular atau menampilkan gambar ular dan menggunakannya dalam upacara untuk terhubung dengan para dewa. Dengan kemampuan mereka untuk berganti kulit dan tumbuh, bergerak dengan lancar di berbagai medan.
Lalu bertelur banyak sekaligus, ular menjadi simbol vitalitas dan kelimpahan. Vitalitas ini menjadi fokus kepercayaan, membawa keberuntungan dan stabilitas. Ular menjadi dewa air yang membawa hujan untuk panen yang baik, dewa perlindungan bagi keluarga atau desa, dan bahkan dewa ciptaan yang menciptakan dunia.
Menurut Jang, pameran The Snake with A Thousand Faces dalam tiga bagian itu diselenggarakan untuk mengeksplorasi bagaimana manusia hidup berdampingan dengan ular dalam rangka merayakan Tahun Ular yang sebentar lagi datang.
BACA JUGA: Memahami Tahun Ular Kayu 2025, Sinergi Keberuntungan Langit dan Bumi
"Di luar emosi manusia yang kompleks yang telah memberi ular seribu wajah, kami berharap Tahun Ular menjadi tahun kesuksesan dan kepuasan. "NFM berharap pameran ini membantu Anda memahami perasaan kompleks yang dimiliki manusia terhadap ular," kata Jang. (*)