SURABAYA, HARIAN DISWAY - PT Cemerlang Statistika Indonesia (StatsMe) merilis hasil riset terbaru bertajuk ”Data & Gender: Beban Ganda Perempuan Pekerja di Jawa Timur”.
Riset ini dibuat dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional 2025. Dalam riset itu, terungkap bahwa meski kesadaran akan kesetaraan gender meningkat, beban ganda yang ditanggung perempuan pekerja masih menjadi tantangan besar.
Menurut data GoodStats hingga Februari 2024, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan di Indonesia mencapai 55,41%, naik 1% dari tahun sebelumnya.
Namun, angka ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara Asia lainnya seperti Malaysia, Singapura, dan China. IMF juga mencatat, rasio pekerja perempuan di Indonesia masih 20% di bawah rata-rata pekerja laki-laki.
Kendati peluang perempuan untuk berkarier semakin terbuka, beban ganda sebagai pekerja sekaligus pengurus rumah tangga masih membayangi.
BACA JUGA:Merayakan Hari Perempuan Internasional: Ini dia 5 Film Tentang Kekuatan dan Ketangguhan Wanita
BACA JUGA:Refleksi Hari Perempuan Internasional: Dari Latar ke Layar
”StatsMe mencatat, 54,28% perempuan pekerja di Jawa Timur mengaku kelelahan dan stres akibat peran ganda tersebut,” kata Lussi Agustin, Direktur Utama StatsMe, dalam acara peluncuran riset di Quest Hotel Darmo, Surabaya, Senin, 10 Maret 2025.
Survei yang dilakukan StatsMe ini dilakukan pada 14-25 Februari 2025. Survei itu melibatkan 479 responden perempuan pekerja dari 21 kota/kabupaten di Jawa Timur.
Berdasarkan hasil riset StatsMe, sebanyak 58,87% responden mengaku berbagi tugas rumah tangga dengan suami.
Namun, hanya 42,80% yang menyatakan suami mereka terlibat dalam 51-75% urusan rumah, sementara 28,39% responden mengaku suami hanya berkontribusi 26-50%.
BACA JUGA:8 Film Inspiratif untuk Rayakan Hari Perempuan Sedunia
BACA JUGA:Ibu Rumah Tangga Sukses Raup Puluhan Juta dari Afiliasi, Bagikan Tip di Hari Perempuan Internasional
”Fakta meningkatnya angkatan kerja perempuan dan tumbuhnya kesadaran kesetaraan gender ternyata tidak serta merta mengikis beban ganda perempuan,” tegas Lussi.
Menurutnya, stigma sosial yang menempatkan perempuan sebagai pengurus utama rumah tangga masih kuat. Mulai dari pengasuhan anak, kebersihan rumah, hingga kesehatan keluarga, seringkali dianggap sebagai tanggung jawab perempuan.