Tanpa dukungan suami dan lingkungan, beban ini dapat memicu konflik rumah tangga, bahkan kekerasan domestik.
StatsMe menemukan, 45,93% responden merupakan lulusan S1/S2/S3, sementara 34,45% tamatan SMA/sederajat, dan 13,99% lulusan diploma. Latar belakang pendidikan yang baik ini berkontribusi positif terhadap pembagian peran dalam rumah tangga.
”Teamwork antara suami dan istri dalam mengurus rumah tangga adalah solusi utama. Tugas yang dikerjakan bersama akan lebih cepat selesai dan mengurangi beban mental serta fisik,” jelas Lussi.
Selain berbagi peran, StatsMe menyarankan perempuan pekerja untuk membuat skala prioritas dan meluangkan waktu untuk healing guna menghalau stres.
BACA JUGA:350 UMKM Perempuan Binaan Pertamina Siap Masuki Pasar Nasional
BACA JUGA:Keterwakilan Perempuan bila Pilkada Tak Langsung
”Pembiasaan berbagi peran dalam rumah tangga tidak hanya menguntungkan keluarga, tetapi juga memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap kesetaraan gender,” tambahnya.
Data Ditjen Dukcapil Kemendagri hingga semester I 2024 menunjukkan, jumlah penduduk perempuan Indonesia mencapai 139.907.921 jiwa dari total 282.477.584 penduduk. BPS memprediksi, pada 2040, komposisi perempuan akan menyalip laki-laki. Artinya, potensi perempuan sebagai kekuatan ekonomi semakin besar.
”Punya peluang dan ruang untuk mengaktualisasikan diri adalah kunci kebahagiaan perempuan. Dengan dukungan yang tepat, perempuan pekerja bisa menjalankan peran ganda dengan seimbang,” tutup Lussi. (*)