Ternyata tidak terlalu pedas. Tapi bikin kebas. Persis seperti masakan kuah mala yang mulai menjamur di resto-resto Sezhuan di Indonesia.
Disway Business Adventure hari ketiga: Disambut CEO pabrik olahan bebek terbesar di Tiongkok. Foto: Dahlan Iskan (tiga dari kiri) dan para peserta mencicipi produk bebek Zhou Hei Ya.-Retna Christa-Harian Disway-
Ketika asyik jalan-jalan di taman, seorang staf lain berlari tergopoh-gopoh mendatangi Dahlan Iskan. Ia mengatakan sesuatu pada founder Harian Disway tersebut. Wajahnya langsung terkejut, tapi senang.
BACA JUGA:Business Matching Dukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional dengan Cara Membeli Produk Lokal
BACA JUGA:Harian Disway Business Match (1): 13 Pengusaha Tiongkok ke Surabaya Cari Partner Bisnis
"Karena ada Pak Dahlan, seorang mantan Menteri BUMN, CEO perusahaan ini akan menemui kita secara langsung," kata Novi Basuki, menerjemahkan kata-kata sang staf.
"Ini kesempatan yang sangat langka. Kalau enggak ikut trip ini, enggak mungkin bisa ditemui CEO," lanjutnya.
CEO tersebut, Zhou Fuyu, menemui Dahlan Iskan dan para peserta dengan senyum terkembang. Ia mengajak mereka ke gedung education center.
Tempat pengunjung mempelajari model bisnis dan proses pembuatan produk olahan bebek Zhou Hei Ya yang bermacam-macam. Mulai dari pemilihan bahan baku sampai pengemasan dan distribusi.
BACA JUGA:Harian Disway Business Match: Pengusaha Tiongkok Pamerkan Inovasi Teknologi Perumahan di REI Jatim
"Saya dulu membantu cici (kakak perempuan) saya jualan makanan seperti ini. Itu tahun 1994," kenang Zhou Fuyu. "Usia saya masih 19 tahun. Setahun kemudian, saya sudah memutuskan bahwa saya harus mendirikan perusahaan sendiri," imbuhnya.
Disway Business Adventure hari ketiga: Disambut CEO pabrik olahan bebek terbesar di Tiongkok. Foto: Zhou Fuyu (kanan) menjelaskan sejarah dan nilai-nilai perusahannya pada Dahlan Iskan dan peserta. -Retna Christa-Harian Disway-
Pada 2000 bisa dibilang sebagai turning point bisnis olahan bebek Zhou Fuyu. Ia ingin mengubah nasib, dari yang awalnya miskin menjadi pengusaha besar. Ia belajar membuat dan mengemas produk, hingga membubuhkan value pada barang jualannya dari berbagai pihak.
"Tapi bagi saya, bisnis itu tidak melulu soal keuntungan. Menurut saya, bisnis yang hanya mengejar uang akan gagal," tegasnya. "Tapi kalau kita berbisnis berdasarkan spirit untuk menyenangkan hati orang, maka kita akan terus berhasil. Itu ajaran bapak saya," papar Fuyu.
Ia punya tips bagi pengusaha Indonesia yang sudah atau ingin membuka bisnis di bidang food and beverage. "Siapa pun yang membuka bisnis makanan, harus mempunyai hati yang baik. Kalau tidak, maka tidak akan tumbuh spirit untuk menyenangkan orang lain lewat makanan kita," tuturnya.