Seni instalasi sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu kala, bahkan sejak era Reformasi. Seni tak hanya menjadi benda yang mengandung unsur keindahan, tetapi bisa menjadi sarana untuk menyuarakan politik dan suara rakyat. Dalam diskusi publik tersebut, seorang guru seni dari SMA Katolik Frateran Surabaya Antonius Haritono juga menceritakan tentang seni instalasi yang memang sudah ada sejak dulu. Seniman yang juga terkenal dengan karya seni instalasinya adalah Tisna Sanjaya dan Heri Dono.
"Menurut saya karya seni instalasi di Indonesia yang juga menarik adalah karya Tisna Sanjaya. Waktu itu ia sempat mengalahkan presiden Soeharto. Judulnya 'Berpikir dengan dengkul'. Dalamnya, terpajang patung terbalik, garuda Indonesia, dan foto pak presiden. Ada juga Heri Dono yang kala itu juga membuat karya seni instalasi pada era Reformasi," pungkas Antonius Haritono.
Seni instalasi sebenarnya termasuk ke dalam seni rupa kontemporer. Menurut salah satu pengunjung bernama Amirahvelda Priyono yang juga pencinta seni dan sejarah, seni rupa kontemporer saat ini juga tidak kalah populer di luar negeri.
BACA JUGA:Chandelier dan Nilai Religius Penduduk Banten dalam Pameran Seni Instalasi ARTJOG 2025
"Banyak seniman dari seni kontemporer di Indonesia yang mengingat peristiwa 1998, tsunami aceh pun juga ada. Karya seni instalasi orang Indonesia Heri Dono pernah dipajang di Museum of Modern Art Oxford, Inggris," ujar Amirahvelda Priyono, pencinta seni dan sejarah sekaligus alumni S2 Lasalle Singapura prodi Asian Art History.
Memang, karya seni instalasi Heri Dono pernah terpajang dalam Museum of Modern Art Oxford di Inggris dengan judul Blooming in Arms. Heri Dono memberikan kritik kepada Presiden Soeharto mengenai militerisme yang dominan pada masa jabatannya melalui karya seninya tersebut.
Karya seni instalasi Heri Dono tersebut juga memanfaatkan sepatu bot tentara, helm, dan kaki palsu untuk menyulap roh dan hantu militerisme. Tema tersebut sesuai dengan suasana politik di Indonesia pada era Soeharto. Kala itu, kekuatan militer ingin menguasai pemnerintahan sipil.
Karya seni instalasi Heri Dono di Museum of Modern Art Oxford yang menjadi perantara untuk mengkritik Presiden Soeharto. - @heridono.official - Instagram
Menurut para pengunjung yang menyukai seni dan sejarah, pameran seni ARTJOG 2025 itu memang menarik perhatian. Sebab, pengunjung bisa mengetahui sejarah di balik objek seni. Bahkan, guru seni SMA Katolik tersebut juga merekomendasikan kepada murid-muridnya agar belajar sejarah lewat seni di ARTJOG 2025.
"Saya sempat mengatakan kepada murid-murid saya untuk datang ke ARTJOG biar bisa lihat seni sambil belajar sejarah. Dari tempat ini jujur saya jadi dapat ilmu. Saya juga jadi kepikiran betapa pentingnya instalasi seni ini dipasang. Pertama, bisa mempercantik kota. Kedua, menjaga memori kolektif kota. Ketiga mendatangkan wisatawan," ungkap Antonius Haritono.
"Saya kebetulan memang tertarik dengan dunia seni. Dari tahun kemarin juga main ke ARTJOG yang ada di Jogja itu dan dapat info di IG ada Arak-arakan ARTJOG di Surabaya, yasudah saya ke sini. Mau lihat karya seni instalasi dari mas jompet juga," ujar Irfaur Rasyidah, mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura.
"Kalau saya juga kebetulan penyuka seni. Saya tertarikdengan pameran ini karena ingin melihat karyanya yang berupa seni instalasi," kata Syahilda Pramono, pencinta seni dan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura.
BACA JUGA:18 Tahun ARTJOG: Dari Kegelisahan Seniman, Menjadi Lebaran Seni