Ekonomi Indonesia jika Konflik India-Pakistan Berlanjut

Senin 19-05-2025,10:01 WIB
Oleh: Sukarijanto*

Dari catatan Kementerian Perdagangan, terungkap bahwa angka ekspor Indonesia ke India mencapai nilai USD 20,34 miliar. Nilai terbesar disumbang ekspor bahan bakar mineral ke India pada 2024 yang mencapai USD 6,99 miliar yang setara 39,34 persen dari total ekspornya. 

Kemudian, disusul ekspor berupa lemak dan minyak hewani/nabati tercatat senilai USD 3,96 miliar. Lantas, ekspor besi dan baja tercatat senilai USD 1,86 miliar. 

ANCAMAN TERHADAP NERACA DAGANG

Terlepas dari eratnya hubungan perdagangan Indonesia dan India, dinamika politik kawasan, khususnya ketegangan India dan Pakistan, menjadi faktor eksternal yang tidak bisa diabaikan. 

BACA JUGA:Pemangkasan Anggaran: Efisiensi, Iklim Investasi, dan Pertumbuhan Ekonomi

BACA JUGA:DeepSeek vs ChatGPT: Mengendus Peluang Ekonomi

Mengutip dari laman Reuters, India menyerang sembilan lokasi di Pakistan pada pekan lalu yang diyakini sebagai lokasi ”infrastruktur teroris”. Aksi tersebut dikaitkan dengan serangan yang menewaskan 26 orang di Kashmir, India, bulan lalu. 

India juga dikenal sebagai pasar ekspor batu bara terbesar kedua Indonesia, dan Pakistan, meski pangsa pasarnya lebih kecil, akan berimbas pada kontraksinya permintaan batu bara Indonesia jika konflik terus berlanjut. 

Pengalihan anggaran negara ke sektor pertahanan di tengah konflik akan mengurangi daya beli komoditas impor, termasuk batu bara dari Indonesia. Data menunjukkan penurunan ekspor batu bara ke India sebesar 31,42 persen pada Maret 2025 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Data Kemendag, 2025). 

BACA JUGA:Donald Trump versus Xi Jin Ping Babak Kedua: El Clasico yang Berdampak ke Perekonomian Global

BACA JUGA:Transformasi Kemandirian Ekonomi Pesantren

Itu menjadi sinyal peringatan dini bagi Indonesia.

Selain batu bara, konflik itu juga mengancam ekspor minyak sawit mentah (CPO) Indonesia. India dan Pakistan merupakan pasar ekspor CPO terbesar bagi Indonesia. Gangguan rantai pasokan akibat perang akan mengurangi permintaan CPO. 

Itu akan berdampak negatif pada pendapatan petani dan industri sawit dalam negeri. Dengan makin terbatasnya akses pasar Eropa yang kian restriktif terhadap sejumlah produk ekspor Indonesia karena isu lingkungan, pasar India dan Pakistan menjadi sangat vital bagi perekonomian Indonesia. 

Dengan demikian, konflik yang meletus di kedua negara yang bertetangga itu bakal mendorong penurunan permintaan sehingga menimbulkan kerugian cukup signifikan.

Per Maret 2025, penurunan ekspor batu bara ke India telah menunjukkan tren negatif yang signifikan. Hal itu jelas merupakan sinyal tekanan terhadap neraca dagang Indonesia yang sangat urgen dan perlu disikapi dengan serius oleh pemerintah. 

Kategori :