BACA JUGA:Buya dan Kisah Tiga Pendekar
Kini tersangka ditahan di Polres Metro Bekasi, sedangkan korban dirawat di rumah sakit. Perkaranya diproses polisi.
Kasus semacam itu banyak terjadi. Baik yang ditangani polisi maupun yang tidak dilaporkan korban. Mengapa anak tega menganiaya ibu kandungnya?
Dikutip dari BBC, 7 Desember 2015, berjudul The children who hit their parents, diungkapkan, di Inggris kian banyak anak laki-laki menganiaya ibunda mereka. ”Mengapa hal itu terjadi? Dapatkah keluarga-keluarga ini ditolong?” tulisnya.
BACA JUGA:Kisah Sedih Bocah Rauf Asal Subang
BACA JUGA:Kisah Unik Masriah and Her Gank
Digambarkan, Luke (nama samaran) 13, memukul ibunya jika ia tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Luke: ”Saya tidak akan melakukannya terlalu keras, karena jika saya menyakitinya dan ia harus pergi ke dokter atau rumah sakit, ia harus memberi tahu mereka apa yang terjadi. Saya tidak melakukannya seringan bulu, tetapi cukup keras untuk membuatnya takut.”
Luke biasa mengancam, meludahi, memukul, dan melempar barang-barang ke ibunya. ”Saya hanya marah,” katanya.
Ibunda Luke kepada BBC mengatakan, perilaku kekerasan Luke terhadap ibunya itu terjadi sejak Luke usia 7 tahun. Atau, sudah berlangsung lima tahun. Namun, sang ibu tidak pernah lapor polisi. Sebab, betapa pun Luke adalah anaknyi.
Sebaliknya, Luke seperti ambigu. Ia mengatakan, ”Saya tidak menyukainya (ibunda). Saya tidak tahu. Tapi, saya mencintai ibu saya,” jelasnya.
BBC mengutip pendapat pakar. Dr Peter Jacobs, psikolog klinis yang bekerja dengan keluarga yang terdampak KDRT, mengatakan, banyak kasus seperti itu di rumah, yang jadi tempat kekerasan terjadi secara teratur. Berarti anak-anak menjadi terbiasa dengan kekerasan.
Dilanjut: ”Itu menjadi seolah normal. Kaum muda, seperti siapa pun, mengambil isyarat untuk berperilaku menirukan kejadian di lingkungan sosial mereka.”
Dilanjut: ”Jadi, ketika orang-orang di sekitar mereka menganggap remeh bahwa kekerasan atau perilaku kasar terjadi, mereka akan merasa terdorong untuk melanjutkan dengan cara itu.”
Menurutnya, itu juga terjadi bahwa bentuk tradisional otoritas orang tua telah terkikis. Jika mereka terbiasa dengan pola perilaku kekerasan anak, kehadiran mereka dalam kehidupan anak menjadi berkurang. Akibatnya, anak bisa melakukan kekerasan terhadap orang tua.
Jacobs: ”Jadi, Anda akan memiliki orang tua yang akan menghindari anak-anak mereka karena anak-anak bersikap kasar, bahkan menyakiti orang tua. Atau, orang tua jadi bersikap hati-hati.”