Tetapi, pesta itu diduga berlangsung oleh pengaruh konsumsi alkohol, ekstasi, dan obat penenang jenis Riklona diduga ikut beredar.
“Kami menyimpulkan kronologis ini berdasarkan hasil wawancara saya dengan M dan pihak lain,” ujar Yan Mangandar, kuasa hukum M, dikutip ntb.disway.id, Rabu, 9 Juli 2025.
Menurut keterangan, sekitar pukul 16.30 WITA suasana mulai memanas setelah M menegur Brigadir Nurhadi karena diduga “menggoda” teman perempuan lainnya.
BACA JUGA:Jelang Putusan Kasus Sambo, Keluarga Brigadir J Minta Putri Chandrawati Dihukum Lebih Berat
Sekitar pukul 18.20 WITA, sebagian mulai membubarkan diri. M pergi mandi, Kompol IMYP menunggu di kamar, dan Brigadir MN disebut masih sendiri di kolam.
Dua puluh menit kemudian, M keluar dan mendapati tubuh Brigadir MN mengambang tak bernyawa.
Dia berteriak histeris memanggil Kompol IMYP. Upaya penyelamatan dilakukan, dokter dipanggil, dan infus dipasang. Tetapi semua sudah terlambat.
Malam itu, barang-barang M sudah dikemas. Dia dipindahkan ke hotel lain oleh Ipda HC, sementara jenazah korban dibawa ke klinik dengan cidomo.
Dua hari berselang, transfer Rp10 juta masuk ke rekening M.
Anda sudah tahu, semula, kematian Brigadir MN disebut sebagai insiden tenggelam.
Namun autopsi kedua pada 1 Mei 2025 mengungkap fakta mengejutkan: patah tulang lidah, luka di wajah, tengkuk, lutut, dan indikasi kuat korban dicekik sebelum ditenggelamkan.
BACA JUGA:Putri Chandrawati Merasa Difitnah Selingkuh dengan Brigadir J dan Kuat Maruf
Tiga orang ditetapkan sebagai tersangka: Kompol IMYP, Ipda HC, dan M.
Mereka dijerat dengan Pasal 351 ayat (3) KUHP, Pasal 359, dan Pasal 55 KUHP tentang penganiayaan dan kelalaian yang menyebabkan kematian.
Tim kuasa hukum M menegaskan bahwa klien mereka hanyalah korban dari situasi yang lebih besar.